Selain infeksi jamur, anak-anak dengan HIV juga berisiko tinggi terkena tuberkulosis (TBC). TBC pada anak-anak ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk diare kronis yang sulit diatasi.
Dina menjelaskan infeksi Human Immunoresensi Virus (HIV) menyerang sel kekebalan tubuh, terutama CD4. Ia mengibaratkan CD4 itu seperti "tentara-tentara" yang ada di badan kita.
"Jika sel CD4 ini terserang virus HIV maka jumlahnya akan berkurang, fungsinya akan berkurang, sehingga anak-anak atau seorang individu yang terinfeksi virus ini akan mengalami masalah kekebalan tubuh dan akhirnya sering mengalami infeksi," ujar Dina.
Dina menyebut untuk tahun 2023, terdapat sekitar 520 ribu pasien yang terdata menderita infeksi HIV atau AIDS, tiga persen di antaranya anak-anak di bawah 14 tahun. Meskipun persentasenya kecil, yakni tiga persen, jumlah anak-anak dengan HIV mencapai sekitar 15 ribu.
Dina menegaskan bahwa deteksi dini dan pengobatan yang tepat menjadi kunci untuk menghindari kondisi berat dan konsekuensi jangka panjang pada anak-anak yang terinfeksi HIV dan mencegah masuk ke tahap acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
Dina menyampaikan bahwa penularan HIV juga dapat terjadi dari perilaku berisiko seperti hubungan seksual tidak aman, penggunaan jarum yang terkontaminasi, atau karena transfusi darah. Meski begitu, dia menyebut bahwa potensi penularan HIV melalui transfusi darah saat ini dapat diminimalisasi karena adanya pemeriksaan-pemeriksaan di laboratorium yang sudah canggih dibandingkan dahulu.