Jadi mental baja bukan ditanamkan saat menghadapi kesulitan. Tetapi sejak kecil sudah harus ditanamkan
Berikutnya, perhatikan Baby Step atau langkah-langkah kecil. Setiap orang punya tujuan tertentu, sehingga orang tua dan anak bisa mendiskusikan langkah-langkah kecil untuk mencapainya.
Mislanya, anak ingin menjadi atlet basket. Maka langkah-langkahnya bisa dengan mencari klub basket, latihan beberapa hari seminggu, lalu ikut kompetisi sehingga anak punya perasaan kompeten.
Hal yang tidak kalah penting adalah mengapresiasi anak. Terkadang anak suka merasa sudah melakukan sesuatu tapi mempertanyakan tidak mendapat pujian. Sementara orang dewasa tidak sealu mengharapkan pujian orang lain.
Tapi orang tua tua bisa mendorong anak mengapresiasi dirinya akan hal-hal kecil sehingga perasaan kompeten anak tumbuh. Ini bukan berarti sedikit-sedikit memuji dan tidak mendisiplinkan anak.
2. Menumbuhkan peasaan terhubung
Orang tua bukan memanjakan anak, melainkan harus mendorong anak agar tahu harus minta bantuan kepada siapa ketika mereka kesulitan. Misalnya, ada pelajaran bahasa yang bisa ditanyakan kepada keluarga.
"Kalau tidak tahu harus belajar ke mana dia bisa merasa gagal, bodoh. Dia cari tante-nya misalnya jadi mudah cari bantuan agar dia tidak merasa gagal," ujarnya.
Orang tua perlu mengembangkan jaringan sosisl. Diskusikan tentang hal yang harus dilakukan ketika anak butuh bantuan.
Contohnya apabila sakit perlu ke dokter. Jika jatuh di sekolah harus minta bantuan ke siapa, ada siapa saja di keluarga dan lingkungan rumah, sehingga saat anak merasa ada dukungan, dia mampu bangkit kembali.
"Gambarannya seperti kalau orang dewasa pernah merasa gagal susah bangkit dari keterpurukan tapi karena yakin punya teman-teman di sekitar atau ada teman yang bisa dicurhatin bisa bangkit lagi," lanjut Isyah.
Kemampuan regulasi....