"Pemanasan global menjadikan banyak es mencair, membangkitkan banyak virus, bakteri, dan parasit. Contoh dampak mencairnya es dan munculnya patogen adalah ketika terjadi kasus Antraks di Siberia," ucapnya.
Toetik menambahkan, selain situasi pemanasan global dan kerusakan ekologi yang terus terjadi, konflik global juga berpengaruh pada kasus polio. Situasi politik dunia yang semakin kacau menjadikan kasus polio cenderung meningkat pesat terutama di wilayah perang.
Situasi perang yang berdampak pada proses migrasi dan evakuasi penduduk juga akan melahirkan diskriminasi terhadap akses vaksin setiap negara. "Kemiskinan dan persoalan diskriminasi berpeluang untuk membatasi akses kesehatan termasuk vaksin," kata dia.
Sebagai langkah untuk mengatasi hal tersebut, Toetik menilai perlu adanya pendekatan holistik. Pemerintah dan masyarakat perlu melakukan kolaborasi dalam menanggulangi infeksi penyakit ini. Itu semua, sambungnya, bisa dilakukan dengan memulai menerapkan hidup sehat, mencegah kerusakan lingkungan, dan menerapkan kerangka pikir kesehatan global.
"Pendekatan holistik dalam kerangka pikir global health perlu diperhatikan. Mengingat polio bisa menyerang melalui mobilitas manusia dengan konteks lingkungan yang berubah," ujarnya.