AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Selama 36 tahun hidupnya dan belasan tahun karier bermusiknya, musisi Jamaika Bob Marley telah menyentuh banyak hati dan jiwa. Lewat musik reggae dan lagu-lagunya yang penuh makna, karya Bob Marley terus menginspirasi hingga kini.
Kelindan kisah kehidupan Marley dan tujuan utamanya mengusung "musik rakyat" reggae ke mata dunia hadir di film Bob Marley: One Love. Tayang mulai 21 Februari 2024 di bioskop Indonesia, film tentang sosok Marley ini sangat menarik disimak.
Di awal film, penonton langsung disuguhi momen ketika Bob Marley (Kingsley Ben-Adir) menggelar konferensi pers untuk rencana konser perdamaian di negaranya. Kala itu, di tahun 1976, Jamaika ada di tengah konflik politik dan situasinya sangat genting.
Lewat konsernya, Marley ingin menyuarakan perdamaian di antara pihak-pihak yang bertikai. Sayangnya, saat mempersiapkan konser, ada penyerang yang menembaki Marley dan sang istri, Rita (Lashana Lynch), juga anggota band Bob Marley and the Wailers.
Mereka semua berhasil pulih setelah terkena tembakan, namun Marley bersedih karena "kaum"-nya sendiri yang mencoba membunuh dia, istri, dan sahabat-sahabatnya. Di tengah kekalutan, Marley menangguhkan rencana konser. Dia meminta Rita membawa anak-anak mereka mengungsi sementara ke Amerika Serikat.
Marley dan anggota band yang lain bertandang ke London, Inggris, di mana mereka menggarap sebuah album baru. Berbagai kejadian membuat Marley merenungkan lagi tentang trauma-traumanya, keyakinannya, serta tujuan dirinya ada di dunia ini.
Bagi para penggemar Bob Marley, menonton film drama musikal biografi ini sangat menyenangkan. Deretan lagu Bob Marley memenuhi film Bob Marley: One Love, menyisip di sejumlah adegan sesuai jalinan konflik yang dibangun.
Namun, bagi yang hanya tahu segelintir karya Marley atau bahkan belum mengenal sama sekali, film ini tetap asyik ditonton sekaligus memperkaya wawasan soal sosok Bob Marley. Apresiasi besar untuk aktor Kingsley Ben-Adir yang memerankan Bob Marley dengan sangat presisi, mulai dari gaya bicara sampai aksi panggungnya.
Penonton pun akan mendapat gambaran mengenai proses kreatif sang musisi dalam menulis lagu dan tampil spontan saat berpentas. Daya tarik lain adalah logat khas Jamaika dan ungkapan yang kerap dilontarkan Marley dan teman-temannya, yang sungguh renyah didengar.
Sutradara Reinaldo Marcus Green mengemas film ini dengan alur maju-mundur. Terkadang, hadir lintasan masa lalu Marley, baik saat dia masih kecil dan dipanggil "Nesta", ketika remaja dan masa-masa jatuh cinta dengan Rita, atau kala meniti karier bersama band-nya.
Rita Marley pun termasuk dalam band The Wailers sebagai penyanyi latar, sehingga mereka bisa dibilang berkarya bersama sepanjang pernikahan. Sosok Rita sangat berpengaruh dalam hidup Marley. Saat Marley ada di titik terendah hidupnya, ada Rita yang menguatkan Marley untuk tetap bertahan.
Meskipun, di sejumlah bagian, sinema biopik ini terasa kurang optimal mengeksplorasi aspek kehidupan Marley dengan mendalam. Begitu pula mengenai orang-orang di sekitarnya, seperti anggota band yang lain, keluarga Marley, atau konflik terselubung Marley dan Rita, yang hanya terungkap selintas di satu dialog.
Terlepas dari itu, film Bob Marley: One Love tetap menjadi salah satu karya penting di antara berbagai dokumentasi eksistensi Bob Marley, yang melanggengkan memori tentang dirinya. Penonton bisa mengenang lagi sosok Bob Marley, bernyanyi bersama sepanjang film, dan ikut menghikmati suka, duka, dan luka yang dia punya.