AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Sebuah tes darah digagas oleh para peneliti untuk mengetahui apakah seseorang cukup tidur atau tidak. Penemu tes darah khusus itu adalah para ilmuwan dari Monash University di Australia dan University of Birmingham di Inggris.
Dikutip dari laman Knowridge, Kamis (14/3/2024), temuan itu dinilai sangat penting, mengingat kondisi kurang tidur bisa sangat berbahaya. Terutama, jika seseorang memiliki pekerjaan yang mengharuskannya lebih waspada.
Cara kerjanya, tes itu mencari tanda-tanda spesifik dalam darah yang hanya muncul ketika seseorang terjaga selama lebih dari 24 jam. Dengan mempelajari kondisi sukarelawan sehat dalam kondisi terkendali, para peneliti menemukan tanda-tanda tersebut dengan akurasi lebih dari 99 persen.
Bahkan tanpa sampel peserta yang cukup istirahat sebagai perbandingan, tes darah ini masih mampu mendeteksi secara akurat 89,1 persen keadaan terjaga selama 24 jam, yang juga mengesankan. Hasil studi telah diterbitkan di Science Advances.
Apabila dimanfaatkan secara meluas, tes ini bisa menjadi sebuah terobosan. Sebab, tes dapat membantu mengidentifikasi pengemudi yang mengantuk atau kelelahan, mengingat kelelahan menyebabkan sekitar 20 persen kasus kecelakaan di jalan raya secara global.
Seperti halnya tes alkohol yang membantu mengurangi kecelakaan mengemudi dalam keadaan mabuk, tes darah untuk kondisi kurang tidur ini berpotensi menyelamatkan nyawa. Di tempat kerja, misalnya, orang yang kurang istirahat bisa terdeteksi agar tidak melakukan tugas yang memerlukan kewaspadaan penuh.
Kurang tidur bukan hanya masalah personal, tapi juga dapat berdampak besar terhadap keamanan publik. Peristiwa tragis seperti bencana Chernobyl dan ledakan pesawat luar angkasa Challenger telah dikaitkan dengan kesalahan manusia yang disebabkan oleh kelelahan.
Profesor Clare Anderson selaku salah satu peneliti percaya bahwa hasil risetnya dapat meningkatkan pengelolaan kesehatan dan keselamatan terkait dengan kurang tidur secara signifikan. Namun, masih butuh proses panjang sebelum tes ini menjadi alat umum untuk menilai kurang tidur di dunia nyata.
Salah satu keterbatasan tes ini adalah memerlukan sampel darah, yang mungkin tidak praktis untuk pemeriksaan di pinggir jalan. Penelitian di masa depan dapat mengeksplorasi apakah tanda-tanda kurang tidur yang sama dapat ditemukan pada air liur atau napas, yang akan membuat tes ini lebih serbaguna.