Selasa 02 Apr 2024 10:21 WIB

Nikita Willy Praktikkan Gentle Parenting, Apa Manfaatnya untuk Anak?

Gentle parenting mengutamakan pendekatan yang lebih lembut kepada anak.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Nikita Willy. Nikita Willy kerap menuai pujian dan decak kagum dari warganet karena pola pengasuhan gentle parenting yang dia terapkan terhadap anaknya.
Foto: IST
Nikita Willy. Nikita Willy kerap menuai pujian dan decak kagum dari warganet karena pola pengasuhan gentle parenting yang dia terapkan terhadap anaknya.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Aktris Nikita Willy kerap menuai pujian dan decak kagum dari warganet karena pola pengasuhan gentle parenting yang dia terapkan terhadap anaknya. Apa itu sebenarnya gentle parenting?

Secara umum, gentle parenting merupakan sebuah bentuk pola pengasuhan tanpa tindakan mempermalukan, menyalahkan, atau menghukum anak. Inti dari gentle parenting adalah membangun hubungan yang kolaboratif antara orang tua dan anak.

Baca Juga

Berbeda dengan pola pengasuhan tradisional yang berfokus pada hadiah dan hukuman, gentle parenting lebih mengutamakan pendekatan yang lebih lembut kepada anak. Orang tua yang menerapkan gentle parenting akan secara konsisten membangun dan menjelaskan batasan-batasan yang perlu diketahui oleh anak dengan penuh kasih.

"Ini adalah pola pengasuhan di mana orang tua tidak memaksa anak untuk berperilaku melalui hukuman atau kontrol, melainkan dengan menggunakan komunikasi, koneksi, dan metode demokratis lainnya," ujar pelatih pola pengasuhan Danielle Sullivan, seperti dilansir Parents pada Senin (1/4/2024).

Ada empat elemen penting yang menjadi fokus utama dalam gentle parenting. Keempat elemen tersebut adalah empati, rasa hormat, pengertian, dan batasan.

Menurut Sullivan, gentle parenting bisa membawa sejumlah manfaat bagi anak. Sebagai contoh, gentle parenting dapat mengajarkan anak bahwa mereka bisa berperan aktif, menetapkan batasan sendiri, mempercayai kebutuhan diri sendiri, hingga mampu membuat suara mereka didengar.

"(Gentle parenting) memberikan kerangka bagi anak untuk belajar menegaskan diri mereka sendiri dengan jelas, namun penuh rasa hormat," ujar Sullivan.

Selain itu, beberapa studi juga mengungkapkan sejumlah manfaat lain dari penerapan gentle parenting. Berikut ini adalah tiga manfaat tersebut:

1. Menurunkan kecemasan. Studi mengindikasikan bahwa gentle parenting bisa menurunkan risiko timbulnya gangguan kecemasan sekaligus membantu balita yang pemalu untuk memberikan respons lebih baik ketika bersosialisasi.

2. Memperbaiki ikatan orang tua dan anak. Studi berbeda menemukan bahwa gentle parenting bisa memperbaiki dan meningkatkan hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak.

3. Memberikan keterampilan sosial yang positif. Seperti diketahui, anak-anak kerap meniru apa pun yang mereka lihat. Mengingat bahwa akar dari gentle parenting adalah empati dan rasa hormat, anak-anak akan tumbuh besar dengan meniru sikap-sikap positif ini.

Namun seperti halnya pola pengasuhan lain, gentle parenting juga memiliki kelemahannya sendiri. Dalam beberapa kasus, gentle parenting bisa menjadi permisif dan memperbolehkan anak untuk melakukan apa pun. Hal ini bisa memicu terbentuknya perilaku yang kurang baik pada anak.

Selain itu, gentle parenting juga dapat membuat orang tua dan anak sama-sama kesulitan dalam menerapkan disiplin dan struktur dalam kehidupan. Gentle parenting juga menuntut banyak kesabaran, persistensi, dan praktik dari orang tua. Oleh karena itu, gentle parenting ini mungkin akan sulit diterapkan oleh orang tua yang tidak familiar dengan pendekatan seperti ini saat tumbuh besar.

Berlawanan dengan tiger parenting ala ibu Asia?

Gentle parenting sering kali dipandang berlawanan dengan pola pengasuhan yang banyak diterapkan oleh ibu-ibu di Asia, yaitu tiger parenting. Secara umum, tiger parenting adalah pola pengasuhan yang ketat dan autoritatif.

Orang tua kerap menerapkan tiger parenting dengan harapan agar anak mereka bisa meraih pencapaian yang tinggi, seperti dilansir Verywell Family. Karena itulah, orang tua dengan tiger parenting kerap melarang anak untuk melakukan beragam aktivitas, seperti menginap di rumah teman atau berpesta, agar bisa fokus pada studi mereka.

Orang tua yang menerapkan tiger parenting meyakini bahwa metode ini dapat memberikan manfaat bagi anak dengan cara mengarahkan mereka kepada jalur kesuksesan. Mereka juga meyakini bahwa pola pengasuhan ini dapat membentuk anak menjadi pribadi dengan etika kerja yang kuat karena mereka dilatih dengan disiplin diri sejak kecil.

Secara umum, tiger parenting memiliki empat karakteristik. Keempat karakteristik tersebut adalah ketat, mengontrol, berorientasi pada hasil, dan autoritatif.

Meski menuai pro dan kontra, tiger parenting dinilai memiliki sejumlah keunggulan, seperti dilansir Asia One. Pola pengasuhan ini dinilai menekankan kerja keras dan kedisiplinan pada anak. Sejumlah studi juga mengungkapkan bahwa tiger parenting bisa membantu anak menjadi lebih sukses dalam studi, meningkatkan kedisiplinan diri pada anak, memunculkan rasa bertanggung jawab, serta meningkatkan hubungan orang tua-anak.

Namun di balik keunggulannya, tiger parenting juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahan paling utama adalah tiger parenting dapat membuat anak terlalu fokus pada pencapaian. Hal ini dapat membuat anak lebih fokus dalam mencetak prestasi daripada mengasah keterampilan berpikir kreatif, penyelesaian masalah, serta interaksi sosial mereka.

Tiger parenting juga dapat membuat anak merasa kewalahan serta bergelut dengan kecemasan dan rasa rendah diri ketika tak mampu mencapai ekspektasi. Karena sering terlalu berpaku pada kesuksesan jangka pendek, seperti nilai di sekolah, mereka kerap mengabaikan hal yang lebih luas, seperti tujuan jangka panjang dalam hidup mereka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement