Sabtu 20 Apr 2024 17:25 WIB

Musik, Meditasi, dan Dedikasi Ajing Zhaa Lestarikan Instrumen Tiup Tradisional Cina

Setiap lagu dan aransemen yang diciptakannya selalu mempunyai latar belakang cerita.

Red: Ani Nursalikah
Ajing Zhaa tampil dalam Spring Melody Concert yang digelar di gedung Beijing Language and Cultural Center for Diplomatic Mission, Beijing, Cina, Kamis (18/4/2024) malam.
Foto:

Sekilas tentang Ajing Zhaa

Ajing lahir dan besar di kelompok etnis Lahu di Yunnan, Cina. Kampung halamannya berada di Gunung Jingmai, tempat lahirnya budidaya teh.

Setiap pohon teh di sana memiliki sejarah ratusan bahkan ribuan tahun. Gunung Jingmai sudah diakui sebagai situs Warisan Budaya Tak Benda Dunia pada 2023.

Sejak kecil, Ajing sudah belajar membuat instrumen musik dari kakeknya. Saat dewasa, dia sempat bekerja di gedung pengadilan selama 13 tahun. Namun karena dorongan dan kecintaannya terhadap musik, Ajing berhenti dari pekerjaannya dan menjadi pengembara musik.

Dalam beberapa tahun terakhir, Ajing telah menjelajahi jalur musik serta mengumpulkan ratusan alat musik tiup dari berbagai daerah dan kelompok etnis. Banyak di antaranya merupakan instrumen langka yang telah hilang seiring berjalannya waktu karena tak ada lagi pembuatnya.

Saat menghadiri konser “Spring Melody Concert” di gedung Beijing Language and Cultural Center for Diplomatic Mission, saya lupa menanyakan berapa usia Ajing. Tapi dari penampakannya, saya menduga usianya adalah 40-an.

Saya terkesan menyaksikan pertunjukan musik Ajing. Lebih dari itu, saya pun sangat salut dengan dedikasinya yang sangat tinggi untuk melestarikan alat musik tiup tradisional Cina.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement