Pover menyatakan bahwa dia pernah mengalami strok ringan atau transient ischaemic attack saat masih muda. Kondisi tersebut terjadi karena Pover memiliki lubang di jantungnya.
Namun, pada 2007, Pover sudah menjalani operasi untuk menutup lubang tersebut dan sejak saat itu dia selalu minum aspirin dan obat pengencer darah untuk mencegah terjadinya gumpalan darah. Oleh karena itu, Pover mencurigai bahwa strok yang dia alami berkaitan dengan vaksin Covid-19 yang dia terima.
Hingga saat ini, Pover masih bergelut dengan sejumlah efek samping dari vaksin Covid-19 yang disuntikkan kepadanya. Berbeda dengan dirinya yang dulu berenergi dan aktif, Pover saat ini harus bergantung dengan terapi agar bisa beraktivitas sehari-hari.
"Saya tidak pernah pulih. Bila saya berhenti berobat saya akan menjadi seperti zombie," ujar Pover.
Juru bicara AstraZeneca mengatakan mereka tidak bisa mengomentari kasus-kasus individual. Mereka menyebut, keselamatan pasien adalah prioritas utama perusahaan.
"Dari bukti uji klinis dan data dunia nyata, vaksin AstraZeneca-Oxford terus terbukti memiliki profil keamanan yang dapat diterima dan regulator di seluruh dunia secara konsisten menyatakan bahwa manfaat vaksinasi lebih besar daripada risiko potensi efek samping yang sangat jarang terjadi," kata juru bicara AstraZeneca.
AstraZeneca telah mengakui bahwa vaksin Covid-19 mereka bisa memunculkan efek samping langka berupa sindrom thrombocytopenia. Sindrom thrombocytopenia adalah kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya gumpalan darah dan penurunan trombosit darah. Tahun lalu, sindrom thrombocytopenia dikategorikan sebagai efek samping vaksin yang serius dan mengancam jiwa oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).