AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Roket United Launch Alliance Atlas 5 mulai mengisi bahan bakar untuk percobaan peluncuran kedua pada Sabtu (1/6/2024). Roket iniakan mendorong kapsul awak Starliner Boeing ke orbit pada penerbangan uji coba pertama kapsul awak yang beberapa kali tertunda, dalam perjalanan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Dengan astronot NASA Barry "Butch" Wilmore dan Sunita Williams memantau pendakian otomatis kapal, Atlas 5 yang pekerja keras dijadwalkan untuk lepas landas dari landasan 41 di Stasiun Angkatan Luar Angkasa Cape Canaveral pada pukul 12.25 EDT (23.25 WIB). Peluncuran dilakukan saat saat rotasi Bumi membawa landasan tersebut sejajar dengan orbit stasiun luar angkasa.
Jika semuanya berjalan lancar, Starliner akan mencapai stasiun pada Ahad (2/6/2024) dan berlabuh di pelabuhan depan lab sekitar pukul 13.50 EDT (Senin 3 Juni pukul 00.50 WIB). Wilmore dan Williams berencana kembali ke Bumi pada 10 Juni.
Dilansir CBS Newse, Sabtu, penerbangan yang telah lama ditunggu-tunggu ini akan menjadi peluncuran berawak pertama Atlas 5. Ini juga merupakan yang pertama bagi keluarga roket Atlas sejak astronot Gordon Cooper lepas landas hanya beberapa mil jauhnya dalam penerbangan terakhir program Mercury 61 tahun lalu.
Ini akan menjadi penerbangan berawak pertama Starliner, jawaban Boeing terhadap Crew Dragon SpaceX, pesawat ruang angkasa yang sudah beroperasi dan lebih murah yang telah membawa 50 astronot, kosmonot, dan warga sipil ke orbit dalam 13 penerbangan.
Program ini sudah terlambat bertahun-tahun dari jadwal karena kekurangan anggaran dan berbagai masalah teknis yang menyebabkan Boeing harus mengeluarkan biaya lebih dari 1 miliar dolar AS untuk memperbaikinya.
NASA berharap untuk membawa Starliner ke orbit pada 6 Mei. Namun peluncuran itu dibatalkan ketika para insinyur United Launch Alliance mendeteksi adanya masalah dengan katup pelepas tekanan di tahap atas Centaur roket.
Atlas 5 diangkut dari landasan dan kembali ke Fasilitas Integrasi Vertikal ULA di mana katup Centaur segera diganti. Namun setelah peluncuran tersebut, para insinyur Boeing melihat tanda-tanda kebocoran helium kecil di sistem propulsi Starliner.
Kebocoran tersebut ditelusuri ke flensa pipa yang menyalurkan helium bertekanan untuk menggerakkan satu jet sistem kontrol reaksi tertentu di modul layanan Starliner. Kebocoran tersebut dikategorikan sebagai sangat kecil, namun para insinyur perlu menunjukkan bahwa kebocoran tersebut tidak akan memburuk secara drastis dalam penerbangan dan menyebabkan masalah bagi pendorong lainnya.
Setelah analisis dan pengujian ekstensif, manajer misi menyimpulkan bahwa pesawat ruang angkasa tersebut dapat diluncurkan dengan aman. Meskipun tingkat kebocorannya 100 kali lebih buruk daripada yang diamati sejauh ini, hal tersebut tidak akan menimbulkan risiko bagi awak atau misi.