AMEERALIFE.COM, JAKARTA – Penyanyi yang pernah berkolaborasi dengan BTS di lagu "Boy with Luv", Halsey, mengaku tengah berjuang melawan penyakit autoimun kronis lupus. Hal itu diungkap oleh Halsey melalui serangkaian postingan di media sosial Instagram.
“Singkat cerita, saya merasa sangat beruntung masih hidup,” kata Halsey dikutip dari unggahannya, Rabu (5/6/2024).
Dalam video yang diunggah, pemilik nama asli Ashley Nicolette Frangipane itu tampak sedang duduk, dengan pakaian casual dan binny, sambil menggaruk dan mengelus kedua kakinya. Ia kemudian mengatakan bahwa dia merasa seperti wanita tua.
“Saya berkata pada sendiri bahwa saya memberi waktu dua tahun lagi untuk sakit. Pada usia 30 tahun, saya akan terlahir kembali dan saya tidak akan sakit, saya akan terlihat seksi dan memiliki banyak energi,” kata dia.
Ia juga membagikan momen-momen ketika dirinya sedang tidur di bangsal rumah sakit dengan banyak obat, dan menandai Lupus Research Alliance. Ia pun sesekali menangis karena merasa frustasi dengan penyakitnya tersebut. Melalui postingan itu, Halsey juga mengabarkan bahwa dia merilis lagu acoustic ballad berjudul “The End” pada Selasa. Ia juga akan merilis album yang merupakan kelanjutan dari album studio keempat, If I Can't Have Love, I Want Power yang diproduseri oleh Trent Reznor and Atticus Ross dari Nine Inch Nails.
Untuk diketahui, lupus adalah penyakit autoimun kronis yang menyebabkan peradangan, dengan potensi kerusakan jaringan permanen, yang memengaruhi kulit, sendi, paru-paru, ginjal, jantung, dan otak, demikian menurut National Institutes of Health. Menurut NIH, wanita lebih mungkin didiagnosis dengan lupus, sekitar sembilan kali lebih sering dibandingkan pria. Wanita berusia antara 15 hingga 45 tahun lebih mungkin didiagnosis, meskipun hal itu mungkin terjadi selama masa kanak-kanak dan lansia. Lupus juga lebih sering terjadi pada orang kulit hitam, Indian Amerika, dan orang Asia.
Bentuk lupus yang paling umum adalah jenis yang disebut lupus sistemik, yang memengaruhi sekitar 204 ribu orang di AS, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) seperti dilansir Forbes. Meskipun ada bentuk-bentuk lupus lainnya, termasuk lupus kutaneus (yang hanya memengaruhi kulit), lupus yang diinduksi oleh obat, dan lupus neonatal (yang memengaruhi bayi dari ibu yang mengidap lupus).
Hingga saat ini para ahli medis belum bisa mendeteksi secara pasti penyebab lupus, meskipun diketahui bersifat genetik. Beberapa penelitian juga mengindikasikan bahwa lupus dapat merupakan respons terhadap hormon reproduksi tertentu, termasuk jenis estrogen yang disebut estradiol, serta faktor lingkungan.