Ia menjelaskan, museum itu akan dibangun di lahan seluas sekitar 10 hektare. Setidaknya, akan terdapat 17 bangunan yang akan berdiri di kompleks museum tersebut, mulai dari bangunan pameran, galeri, laboratorium, hingga bangunan pendukung lainnya, termasuk untuk warga sekitar menjajaki produk UMKM.
"Jadi (museum) ini kompleks pendukung dari KCBN Muarajambi," kata dia.
Hilmar menilai, keberadaan museum di KCBN Muarajambi sangatlah penting. KCBN Muarajambi merupakan kompleks candi peninggalan dari zaman Buddhisme yang terbesar di Asia Tenggara.
Sejak situs di Muaro Jambi ditemukan, banyak arkeolog dunia yang menaruh perhatian. Revitalisasi bertujuan menambah perhatian dunia terhadap situs tersebut.
Sementara museum yang sedang dibangun itu nantinya akan menjadi pusat penelitian. "Jadi kami juga ingin orang dari seluruh dunia bisa datang ke sini untuk belajar, menambah informasi mengenai situs ini dan mendalami pengetahuan tentang arkeologi keagamaan, dan lainnya," kata dia.
Hilmar menyebutkan, pembangunan museum itu akan dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama ini, ditargetkan proses pembangunan akan rampung pada Oktober 2024.
"2024 ini museum inti dengan beberapa bangunan penunjang selesai Oktober. Tahun depan akan disambung lagi sisa keseluruhan 10 hektare itu," kata dia.
Arsitek museum KCBN Muarajambi, Yori Antar, mengatakan museum itu nantinya akan menjadi tempat pendidikan, dengan keberadaan laboratorium di dalamnya. Menurut dia, museum itu nantinya bukan sekadar menjadi tempat menyimpan benda mati.
"Kami mau ini jadi living museum, menjadi (tempat) riset, laboratorium, dan sebagainya. Tidak hanya untuk display barang, tapi juga temuan dan sebagainya," ujar dia.
Yori meyakini, museum itu juga akan mejadi pusat keilmuan yang sangat menginspirasi. Apalagi, kompleks candi yang lebih tua dari Candi Borobudur itu masih banyak memiliki misteri sejarah yang belum terpecahkan.
"Saya yakin di sini akan jadi pusat peradaban yang sangat menarik," kata dia.
Berdasarkan penelitian arkeologis, Candi Muaro Jambi diperkirakan didirikan sekitar abad ke-7 hingga ke-13, selaras dengan periode kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Era itu menandai salah satu puncak perdagangan dan kebudayaan di Asia Tenggara.
Kompleks Candi Muara Jambi mencakup area sekitar 3.981 hektare. Fakta itu menjadikan situs ini sebagai salah satu kompleks cagar budaya terluas dan tertua di Asia Tenggara, dengan sejumlah besar struktur dan artefak yang masih terpelihara.