Ada Harga Ada Kualitas
Dian menekankan, dalam hukum ekonomi, harga yang murah akan mengurangi banyak fitur dalam sebuah layanan bisnis. Sementara, harga yang semakin tinggi tentu harapan konsumen juga akan semakin besar akan sebuah layanan, kualitas dan rasa dari sebuah produk. Nasi Padang menjelma dalam banyak lapisan pangsa pasar bahkan di ranah minang sendiri.
"Di ranah minang ada banyak suku bangsa menjual masakan Padang walau tidak melabeli diri sebagai RM Padang sebagaimana yang jamak terjadi di luar ranah minang. RM Bahagia di Padang yang masakannya juga lezat dimiliki oleh saudara Tionghoa Padang, di dapurnya tentu ada orang Padang juga yang berkerja saling bahu membahu menyajikan sajian terbaik," ujarnya.
Ada juga RM Pagi Sore Padang di daerah Pondok kota Padang dimiliki oleh Alm Bapak H Benny Pusaka seorang Tionghoa Padang yang mempunyai istri orang Minang yakni Ibu Rostina yang mana usaha ini dilanjutkan oleh istri dan anak anak beliau hingga saat ini. RM Pagi Sore Padang terkenal dengan ayam goreng panas nan legendaris. Harga bervariasi mulai dari Rp 20 ribu-Rp 35 ribu dan tidak bermain di pangsa pasar "Padang Murah".
Di level nasional, ada Ko Marco seorang Tionghoa Kota Padang dengan nama Marco Padang, mengusung tema Padang Peranakan dengan pangsa pasar menengah ke atas. Aman dan tentram puluhan tahun berjualan nasi padang bahkan di ranah minang dan rantau sekalipun. Hal ini sekaligus membantah opini beberapa pihak bahwa ada larangan orang yang bukan bersukukan Minang dilarang berjualan RM Padang.
"Kembali kita membahas Padang Murah, genre Padang Murah ini di Kota Padang sendiri tersebar biasanya di daerah yang dihuni oleh mahasiswa. Ukuran lauk yang berbeda pastinya dengan RM Padang besar, rasa juga berbeda dan tak bisa juga disama-samakan. Masing-masing tangan beda rasa, beda cara olahnya, namun karena dijual murah pastinya mereka akan sangat efisien dalam menggunakan bumbu, agar ada untung yang baik dalam berdagang," ungkapnya.