AMEERALIFE.COM, JAKARTA --Jika smartphone bisa mendeteksi wajah, kini peneliti membuat teknologi terobosan yang bisa mencicipi rasa. Tim peneliti dari Penn State University telah mengembangkan “lidah elektronik” yang menggabungkan sensor setipis atom dengan kecerdasan buatan untuk mendeteksi kecurangan makanan, pembusukan, dan kontaminasi makanan dalam hitungan menit.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature ini menggabungkan dua teknologi mutakhir. Pertama, sensor tipis berbahan graphene, bahan karbon yang hanya setebal satu atom dan sangat efisien dalam menghantarkan listrik. Kedua, kecerdasan buatan (AI) yang dapat mempelajari pola, memproses data mirip dengan cara lidah manusia menilai rasa.
Seperti halnya lidah yang memiliki reseptor perasa yang mengirim sinyal ke korteks pengecap di otak, lidah elektronik juga menggunakan sensor yang mengirimkan sinyal listrik ke jaringan saraf tiruan yang menganalisis data. Yang menarik, sistem ini mampu mendeteksi berbagai zat dan menilai kualitas, keaslian, dan kesegaran makanan atau minuman dalam waktu sekitar satu menit. Dalam satu percobaan, lidah elektronik ini bisa mendeteksi susu yang mengalami degradasi (seperti tanda basi), serta membedakan jenis soda dengan akurasi 97 persen.
“Kami menemukan bahwa sistem ini memiliki karakteristik yang lebih halus, dan bahkan sebagai manusia sulit untuk mendefinisikannya dengan benar,” kata penulis koresponden Saptarshi Das, seperti dilansir Study Finds, (24/1/2025).
Sistem ini juga sangat sensitif dalam mendeteksi bahan kimia berbahaya pada makanan dan minuman. Sebagai gambaran, sistem ini dapat menemukan senyawa yang berpotensi berbahaya yang disebut asam perfluoroheksanoat (bahan kimia yang digunakan di bidang manufaktur yang dapat mencemari makanan dan air) pada tingkat yang setara dengan mendeteksi satu tetes air dalam kolam renang berukuran Olimpiade yakni 2,5 bagian per miliar.
“Lidah elektronik” ini merupakan langkah signifikan untuk membuat pengujian kimia yang canggih menjadi lebih mudah diakses dan dapat diandalkan. Dengan menggabungkan dua teknologi, para peneliti telah menciptakan sistem yang secara fundamental dapat mengubah cara kita memverifikasi keamanan dan keaslian makanan.