Santan memang menjadi bahan yang tidak terpisahkan dalam masakan Minang. Ia memberi rasa yang kaya, gurih, dan tekstur kental menjadi ciri khas setiap hidangan. Meski santan sering dianggap mengandung lemak jenuh yang berisiko bagi kesehatan jantung, kenyataannya masakan Minang yang kaya santan ini tidak cenderung menyebabkan masalah kardiovaskular pada banyak orang Minang.
Mengapa bisa demikian? Jawabannya terletak pada cara tradisional dalam memasak dan keseimbangan pola makan yang diterapkan secara alami dalam budaya Minangkabau.
Yan Heri, salah seorang pemilik restoran di Kota Padang, kepada ANTARA mengungkapkan meskipun melimpah, penggunaan santan saat proses memasak tidaklah sembarangan. Santan yang digunakan berasal dari kelapa segar yang diperah langsung dan dimasak dalam waktu lama dengan api kecil sehingga dapat mengeluarkan sebagian besar minyak dari santan, menjadikannya lemak yang mudah diserap tubuh. Selain itu ia juga menggunakan aneka rempah-rempah yang tidak hanya memberi rasa, tetapi berfungsi sebagai penyeimbang bagi kesehatan tubuh.