Jumat 21 Feb 2025 16:49 WIB

Sukatani, Lebih dari Sekadar ‘Bayar Bayar Bayar’

Musikalitas dan aksi panggung Sukatani yang unik mengundang banyak penggemar.

Red: Fitriyan Zamzami
Band Sukatani saat tampil di Jakarta.
Foto: Instagram/Sukatani
Band Sukatani saat tampil di Jakarta.

AMEERALIFE.COM,  PURBALINGGA – Band independen Sukatani tengah menjadi buah bibir di Tanah Air. Ini setelah lagu mereka “Bayar Bayar Bayar” menjadi viral dan disebut membuat marah sejumlah pihak sehingga berujung permintaan maaf kedua personel band tersebut. Siapa sebenarnya band tersebut?

Merujuk profil Spotify mereka,Sukatani bermula di Purbalingga pada awal Oktober 2022. Nama itu dipilih sebagai cerminan nama khas sebuah desa yang sangat indah dan sejahtera sesuai dengan nilai-nilai yang dikampanyekan band tersebut. 

Baca Juga

Sukatani berangkat dari gagasan sang vokalis Novi Citra Indriyati yang dipanggil Ovi alias 'Twister Angel'. Ia sudah malang melintang menjadi anggota band di Purwokerto sejak tahun 2013 dan sempat bekerja sebagai buruh.

Mawas dengan kondisi di sekitarnya, Ovi kemudian menuliskan lirik-lirik “yang sebagian besar terinspirasi dari ‘ketidaknyamanannya’ terhadap distorsi sosial di sekitarnya”. Lirik-lirik gubahannya kemudian ia setor ke partner bermusiknya Muhammad Syifa Al Lufti yang dipanggil AI alias ‘Alectroguy’. 

Merujuk profil tersebut, keduanya menggabungkan berbagai elemen untuk menghasilkan lagu-lagu Sukatani. “Mereka banyak dipengaruhi oleh beberapa band Anarcho-Punk tahun 80-an dan beberapa band dari gelombang awal Proto-Punk.” 

photo
Band Sukatani saat tampil di Ngawi, Jawa Timur. - (Instagram/Sukatani)

Namun, mendengar album mereka Gelap Gempita (2023) terdengar ada pengaruh New Wave, Post Punk, dan Synth Rock. Terdengar pengaruh band-band seperti The Upstairs dari Tanah Air atau Joy Division dari mancanegara dalam musik mereka. Uniknya, mereka juga memasukkan unsur budaya lokal dalam lagu-lagunya. 

Dalam lagu “Sukatani” dan “Alas Wirasaba”, mereka menggunakan bahasa Jawa dengan dialek Banyumasan khas Purbalingga. Dua lagu itu, bicara soal konflik lahan yang mana penduduk lokalnya kalah dari aparat dan pengembang.

Twister Angel dan Alectroguy tidak memiliki pemain tambahan lain yang membantu mengisi dan mengisi beberapa bagian instrumen. Mereka menyiasati strategi studio digital dengan memproduksi instrumen drum dan bass yang diaransemen secara digital oleh Alectroguy.

Dasar itu kemudian diisi gitar yang oleh Alectroguy untuk kemudian diisi vokal Twister Angel. “Konteks seperti inilah yang mendorong mereka untuk memasukkan beberapa unsur synthesizer ke dalam instrumen Sukatani, hingga tak kuasa menolak bahwa mereka justru melahirkan perpaduan Street Punk dan Musik Elektronik.”

photo
Band Sukatani saat tampil di Purwokerto, Jawa Tengah. - (Instagram/Sukatani)

Lengkingan vokalis Ovi mumpuni di sepanjang Album. Kekuatan suaranya membuat pesan yang mereka coba sampaikan terdengar lebih menonjok. Terlepas dari sengkarut akibat “Bayar Bayar Bayar”, band ini memang punya potensi membuat musik bagus dan bermakna.

Bermodalkan lirik-lirik yang cadas tentunya tak cukup. Secara musikalitas, karya-karya Sukatani yang ciamik dan aksi panggung mereka yang unik mengundang banyak penggemar. Kedua personel band itu selalu tampil dengan wajah sebagian besar tertutup balaclava atau keffiyeh Palestina. Tak jarang, mereka membagi-bagikan hasil bumi ke penonton. 

Aksi mereka berhasil meraup penggemar yang militan yang akhirnya membuat band ini termashur. Mereka sempat mengisi sejumlah festival-festival besar, seperti Synchronize Fest 2024, Pestapora 2024, Bukan Main, hingga Cherry Pop 2024.

Pada akhirnya, lagu mereka “Bayar Bayar Bayar” yang viral di media sosial sampai ke telinga-telinga yang agaknya coba disindir. Ovi dan Al kemudian melayangkan permohonan maaf di akun media sosial band tersebut. Lagu itu juga mereka tarik dari Spotify dan akun media sosial.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Indies Darlings (ykvvknd)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement