AMEERALIFE.COM, JAKARTA – Dampak child abuse atau kekerasan pada anak tidak bisa dianggap sepele. Sebuah studi terbaru menemukan bahwa anak yang menjadi korban kekerasan akan lebih rentan terhadap berbagai penyakit saat dewasa kelak.
Dipublikasikan dalam jurnal Child Maltreatment, penelitian ini menyajikan bukti valid bahwa orang dewasa yang pernah mengalami kekerasan fisik dan seksual semasa kecil, lebih mungkin terserang angina, radang, sendi, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), serangan jantung, depresi dan disabilitas. "Hasil penelitian ini tetap signifikan meskipun telah mempertimbangkan faktor usia, ras, pendapatan, perilaku kesehatan, serta obesitas," kata Andie MacNeil, penulis studi dari University of Toronto, dilansir laman News Medical, baru-baru ini.
Peneliti juga mencatat, peserta yang mengalami pelecehan seksual tanpa kekerasan fisik tetap berisiko tinggi (55-90 persen) terdiagnosis penyakit-penyakit tersebut dibandingkan orang yang tidak mengalami kekerasan. Sementara itu, individu yang hanya mengalami kekerasan fisik memiliki peningkatan risiko yang lebih rendah, yaitu antara 20 persen hingga 50 persen.
Studi ini juga meneliti apakah keberadaan sosok dewasa yang memberi rasa aman di rumah dapat berdampak pada kesehatan jangka panjang anak yang mengalami kekerasan.
“Kami menemukan bahwa ketika anak yang mengalami kekerasan memiliki figur pelindung di rumah, dampak negatif kekerasan terhadap kesehatan mereka di usia dewasa menjadi lebih ringan,” Andie.
Tak hanya bagi anak korban kekerasan, keberadaan sosok pelindung juga berdampak bagi anak yang tidak mengalami kekerasan. Anak yang tumbuh tanpa figur pelindung di rumah, terlepas dari riwayat kekerasan, memiliki kemungkinan 20 persen hingga 40 persen lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan fisik serta dua kali lebih mungkin mengalami depresi pada usia dewasa.
“Ini menunjukkan bahwa kurangnya hubungan yang aman dan stabil dengan orang dewasa bisa sama berbahayanya bagi kesehatan anak seperti halnya kekerasan fisik,” kata peneliti.
Namun demikian, para peneliti menekankan perlunya studi lebih lanjut untuk memahami lebih dalam temuan ini. Utamanya terkait alasan mengapa beberapa orang dewasa di rumah tidak bisa memberikan perlindungan yang memadai bagi anak-anak mereka.