AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Kasus kekerasan terhadap anak masih terus terjadi. Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni-PPA) mencatat pada periode Januari–12 Juni 2025, terdapat 11.850 kasus kekerasan yang melibatkan sekitar 12 ribu korban anak, didominasi korban perempuan (di atas 10 ribu kasus).
Salah satu daerah dengan angka kekerasan anak yang tertinggi adalah Jawa Barat. Perusahaan ritel pakaian global asal Jepang, Uniqlo bersama Save The Children Indonesia menargetkan sekolah-sekolah di Jawa Barat untuk jadi bagian program Peace for All dalam rangka mendukung perlindungan anak.
Corporate Affairs Director PT Fast Retailing Indonesia (Uniqlo) Irma Yunita mengatakan program Peace for All berjalan sejak 2022 di Indonesia. Sejak saat itu hingga Juni 2024 donasi yang terkumpul mencapai Rp 4,9 miliar.
Donasi yang terkumpul melalui penjualan kaos Peace for All hasil kolaborasi dengan 40 ilustrator global digunakan untuk inisiatif yang diimplementasikan di Sleman, Yogyakarta. Di antaranya koleksi terbaru bersama legenda Major League Baseball Ichiro dan aktor ternama Koji Yakusho yang diluncurkan pada akhir Juni 2025 lalu. Irma menambahkan, seluruh kolaborator menyerahkan desain atau ilustrasinya secara cuma-cuma untuk proyek Peace for All ini.
Dan pada 2025, inisiatif ini diharapkan menjangkau lebih dari 3.600 anak dan remaja berusia 10 hingga 19 tahun di wilayah Sleman dan Bandung. "Bersama Save The Children, kami lihat dari sisi data di Indonesia mana sih wilayah yang butuh bantuan. Yogya salah satu daerah dengan angka kekerasan yang tinggi. Di enam sekolah kami lakukan edukasi, program-program perbaikan untuk pencegahan kekerasan anak," kata Irma, Rabu (23/7/2025).
Ke depan, Uniqlo berencana menyasar wilayah yaitu Bandung. "Jadi di Yogya enam sekolah, di Bandung 10 sekolah. Dan berkesinambungan yang di Yogya program terus berlanjut," katanya.
Director of Humanitarian and Impact Innovation Save the Children Fadli Usman Fadli mengatakan Bandung, Jawa Barat, dipilih karena angka kekerasan anak yang tinggi di sana. "Target berikutnya kami memilih Bandung dikarenakan tingginya angka kekerasan terhadap anak serta terbatasnya akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang layak di sekolah," kata Fadli.
Harapannya dari ekspansi ke Bandung serta kelanjutan dari program di Sleman dapat menjawab kebutuhan jangka panjang dalam perlindungan anak dan pengembangan komunitas. Program ini menargetkan remaja usia 10-19 tahun. Fadli menambahkan, program tidak hanya bertujuan mengedukasi anak terhadap isu kekerasan tapi juga membangun komunitas yang sensitif terhadap isu ini.