Adra menceritakan bahwa seorang pemukim, yang dikenal sering menyerang desa tersebut, mendatangi rumah Ballal bersama militer, dan tentara melepaskan tembakan ke udara. Istri Ballal mendengar suaminya dipukuli di luar dan berteriak, "Aku sekarat", menurut Adra.
Adra kemudian melihat tentara membawa Ballal yang diborgol dan ditutup matanya, dari rumahnya ke dalam kendaraan militer. Menurut kesaksiannya, darah Ballal terlihat masih berceceran di tanah di luar pintu depannya sendiri.
Keterangan Adra didukung oleh saksi mata lain yang tidak ingin disebutkan namanya. Selain itu, sekelompok pemukim yang memakai penutup wajah, dengan batu dan tongkat juga menyerang aktivis dari Center for Jewish Nonviolence, merusak kendaraan mereka, dan memaksa mereka melarikan diri dari daerah tersebut. Video yang disediakan oleh Center for Jewish Nonviolence menunjukkan seorang pemukim bertopeng mendorong dan mengayunkan tinjunya ke arah aktivis.
Israel merebut Tepi Barat dalam perang Timur Tengah 1967 dan telah membangun lebih dari 100 permukiman di wilayah tersebut. Lebih dari 500 ribu pemukim Israel tinggal di permukiman ini, sementara tiga juta warga Palestina di Tepi Barat hidup di bawah kekuasaan militer Israel. Militer Israel menunjuk Masafer Yatta sebagai zona pelatihan tembak langsung pada tahun 1980-an.
Selama perang di Gaza, kekerasan di Tepi Barat meningkat, dengan ratusan warga Palestina terbunuh dalam operasi militer Israel dan serangan pemukim yang meningkat. Di sisi lain, terjadi lonjakan serangan Palestina terhadap warga Israel. Insiden yang menimpa Hamdan Ballal menjadi simbol dari ketegangan dan konflik yang terus berlanjut di wilayah tersebut, serta menyoroti penderitaan warga Palestina yang hidup di bawah pendudukan Israel.