Senin 28 Apr 2025 19:57 WIB

Anak Tanya Soal Seks? Ini Tips Jawab tanpa Panik dari Psikolog

Rasa ingin tahu anak soal seks dinilai merupakan tahapan perkembangan yang wajar.

Rep: Mgrol156/ Red: Qommarria Rostanti
Pendidikan seks (ilustrasi). Rasa ingin tahu anak soal seks dinilai merupakan tahapan perkembangan yang wajar.
Foto: Dok. Freepik
Pendidikan seks (ilustrasi). Rasa ingin tahu anak soal seks dinilai merupakan tahapan perkembangan yang wajar.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Momen ketika anak mulai melontarkan pertanyaan seputar seks kerap membuat orang tua merasa tidak nyaman dan gugup. Padahal, rasa ingin tahu ini merupakan tahapan perkembangan yang wajar.

Memahami kapan ketertarikan ini muncul, batasan pertanyaan yang sesuai usia, dan cara merespons dengan tepat adalah kunci untuk memberikan pemahaman yang sehat kepada anak. Psikolog anak Alfa Mardhika mengatakan pada usia sekitar 3 hingga 4 tahun, anak-anak mulai menyadari perbedaan antara dirinya dan teman-temannya, terutama perbedaan jenis kelamin. Pertanyaan polos seperti, "Aku beda ya sama dia? Aku perempuan, dia laki-laki", lazim muncul pada usia ini.

Baca Juga

Rasa ingin tahu ini adalah bagian penting dari perkembangan pemahaman diri dan lingkungan sekitar mereka.

Meskipun rasa ingin tahu anak tentang perbedaan tubuh dan jenis kelamin adalah hal yang wajar, penting bagi orang tua untuk memahami batasan normal sesuai dengan usia mereka.

Berikut adalah panduan umum mengenai pertanyaan yang sering muncul di setiap fase usia. Pada usia 3–5 tahun, anak anak umumnya bertanya tentang perbedaan fisik, seperti "Kenapa aku berbeda dari teman laki-laki atau perempuan?" atau "Aku punya ini, kenapa teman yang lain tidak?".

Menanggapi pertanyaan ini dengan sederhana dan menggunakan nama asli alat kelamin tanpa istilah pengganti sangat disarankan. "Kalau pakai istilah itu nanti kan jadinya menganggap hal ini merupakan hal yang tabu, tetapi ini adalah pendidikan yang mana memang itu beneran. Dan akan berkaitan dengan fungsinya, jadi kalau kita sembunyikan, contoh dengan istilah 'burung' nanti anak akan bingung, ya asosiasinya burung itu apa, kita bilang saja itu penis, penis itu untuk mengeluarkan pipis," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id pada Senin (28/4/2025).

Memasuki usia 6–9 tahun, terutama di awal sekolah dasar, pertanyaan anak mulai berkembang, misalnya tentang kehamilan, "Dari mana adik bayi berasal?" atau "Bagaimana bayi bisa ada di perut ibu?". Pada usia ini, rasa ingin tahu tentang asal-usul kehidupan mulai muncul, namun umumnya masih bersifat polos dan belum mengarah pada aspek seksual.

Saat anak menginjak usia 9–12 tahun, mendekati masa pubertas, pertanyaan biasanya menjadi lebih spesifik mengenai perubahan tubuh seperti "Kenapa aku mulai tumbuh rambut di sini?" atau "Kenapa aku mulai berbeda dari teman-teman?". Ini adalah hal yang normal dan menandakan bahwa anak mulai memahami perubahan pada dirinya.

Orang tua dinilai perlu mulai menjelaskan tentang pubertas, menstruasi untuk anak perempuan, dan mimpi basah untuk anak laki-laki dengan bahasa yang jujur dan sesuai dengan usia mereka. Selama pertanyaan anak masih berkisar pada rasa ingin tahu tentang tubuh, perbedaan jenis kelamin, kehamilan, atau perubahan tubuh saat pubertas, hal tersebut masih dianggap wajar. Kunci utama adalah memberikan jawaban yang disesuaikan dengan usia anak, dijelaskan secara sederhana, dan tanpa memberikan informasi yang berlebihan.

Ketika anak mulai bertanya tentang seks, respons orang tua memegang peranan krusial. Cara orang tua menjawab tidak hanya memengaruhi pemahaman anak saat itu, tetapi juga membentuk sikap mereka terhadap pendidikan seksual di masa depan.

Alfa Mardhika menyarankan orang tua untuk menjadi teman diskusi bagi anak. Jika orang tua merasa kesulitan menjawab, mereka bisa mengajak anak untuk mencari tahu jawabannya bersama-sama. Namun, untuk anak yang lebih kecil, jika orang tua belum siap memberikan jawaban saat itu juga, tidak perlu terburu-buru. Orang tua bisa mengatakan, "Nanti Mama cari informasi dulu ya, nanti kalau sudah dapat kita ngobrol lagi".

Dengan cara itu, orang tua memiliki waktu untuk mempersiapkan jawaban yang lebih sederhana dan mudah dipahami anak, daripada memberikan jawaban terburu-buru yang justru membingungkan. Jika anak sudah terpapar istilah-istilah seks dari internet sebelum orang tua sempat memberikan penjelasan, hal ini bisa menjadi kesempatan untuk membuka percakapan yang jujur dan sehat tentang topik tersebut.

"Sebenarnya tidak apa apa kalau orang tuanya tahu, yang bahaya justru anaknya tahu, orang tuanya tidak tahu, anaknya cerita ke temannya," kata dia.

Menurut Alfa, halh ini dapat memperparah kebingungan anak karena mereka berdiskusi tanpa dasar pengetahuan yang benar. Jika anak sudah mengetahui istilah-istilah tersebut, respons terbaik orang tua adalah bersikap netral terlebih dahulu. Tanyakan dari mana mereka mengetahuinya dan apa pemahaman mereka tentang hal tersebut.

Jika ternyata anak hanya mendengar istilah tanpa pemahaman yang benar, orang tua dapat mulai membahasnya dengan cara yang tepat dan sesuai usia. Yang terpenting adalah tidak menutup rasa ingin tahu anak, tetap tenang, tidak reaktif, dan memberikan penjelasan yang sesuai tanpa berlebihan.

Dalam beberapa situasi, orang tua mungkin merasa bingung atau cemas dengan pertanyaan atau perilaku anak seputar topik sensitif ini. Menurut Alfa, jika orang tua merasa mampu memberikan penjelasan dan menangani situasi dengan baik, konsultasi dengan dokter anak atau psikolog mungkin tidak diperlukan. "Kalau misalnya dirasa orang tua masih bisa menjawab dan orang tua masih bisa handle kayaknya sih gak perlu ya, karena kan sekarang sudah banyak akses sumber informasi," jelasnya.

Namun, ia juga mengingatkan untuk mewaspadai jika anak menunjukkan perilaku yang menyimpang, seperti anak laki-laki SD yang berperilaku seperti perempuan dalam cara bicara, bermain, atau bergaul. Dalam kasus seperti ini, berkonsultasi dengan profesional adalah langkah yang bijak, terutama jika ada hal-hal yang melampaui pemahaman orang tua.

Bagaimana jika anak belum menunjukkan ketertarikan atau pertanyaan tentang seks pada usia tertentu? Menurut Alfa, jika anak belum bertanya, orang tua tidak perlu secara aktif memulai penjelasan, tetapi pengenalan sejak Taman Kanak-kanak (TK) tetap penting. “Mengenalkan diri, batasan-batasan, area tubuh mana yang harus dijaga, mana yang gak boleh dipegang orang, mana yang boleh. Sudah harus dari TK ya," ujarnya.

Pendidikan seks sejak dini dinilai penting agar anak tahu cara melindungi diri. Tanpa pemahaman yang cukup, mereka mungkin tidak menyadari jika mengalami pelecehan.

Alfa menekankan pendidikan seks bukan hanya tentang hubungan fisik, tetapi juga tentang pengenalan tubuh dan cara merawatnya dengan benar, seperti kebersihan diri.

Memberikan pendidikan seks pada anak memang bukan tugas yang mudah, namun sangat penting untuk membekali mereka dengan pengetahuan yang benar agar dapat melindungi diri dan memahami tubuh mereka dengan baik.

Sebagai orang tua, bersikap terbuka, responsif, dan siap menjelaskan secara bijak sesuai dengan usia anak adalah langkah awal yang krusial. Dengan komunikasi yang sehat dan pendampingan yang tepat, kita dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang lebih siap menghadapi kehidupan dengan pemahaman yang benar tentang tubuh dan hubungan.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement