AMEERALIFE.COM, MOSKOW – Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin mencapai titik mengkhawatirkan. Laporan terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza pada Rabu (23/7/2025) mengungkapkan setidaknya 10 orang meninggal dunia akibat kelaparan dalam 24 jam terakhir.
Angka tragis ini menambah panjang daftar korban jiwa terkait kelaparan di wilayah tersebut menjadi total 111 orang, dengan mayoritas korban adalah anak-anak. "Dalam 24 jam terakhir, telah tercatat 10 kasus kematian akibat kelaparan dan malnutrisi di rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza," ujar kementerian tersebut melalui Telegram.
Pada Ahad lalu, Kementerian Kesehatan Gaza telah memperingatkan akan potensi lonjakan signifikan angka kematian di kalangan warga Palestina, yang saat ini tidak hanya menghadapi malnutrisi parah tetapi juga kesulitan akses terhadap bantuan medis. Kondisi ini diperparah oleh infrastruktur kesehatan yang lumpuh. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa dari sekitar dua juta jiwa penduduk Gaza, saat ini hanya tersedia sekitar 2.000 tempat tidur rumah sakit, dan mirisnya, hanya separuh dari total rumah sakit yang masih beroperasi.
Sejak Oktober 2023, Jalur Gaza telah menjadi sasaran serangan Israel. Israel melancarkan operasi militer besar-besaran, serangan darat, serta memberlakukan blokade total yang memutus pasokan air, listrik, bahan bakar, makanan, dan obat-obatan ke wilayah tersebut. Akibatnya, lebih dari 59 ribu warga Palestina tewas dan lebih dari 142 ribu lainnya terluka, berdasarkan perkiraan Kementerian Kesehatan Gaza.
Upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan dan krisis ini terus dilakukan. Pada 30 Juni lalu, Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty menyampaikan bahwa Kairo, bersama sejumlah mediator, tengah berupaya menengahi gencatan senjata selama 60 hari di Jalur Gaza dan pembebasan sejumlah sandera Israel. Perundingan tidak langsung antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata pun kembali dilanjutkan di Doha pada 6 Juli. Namun, di tengah perundingan politik, nyawa warga sipil terus menjadi taruhannya. Angka kematian akibat kelaparan yang terus meningkat, terutama di kalangan anak-anak, menggarisbawahi urgensi pengiriman bantuan kemanusiaan tanpa hambatan.