AMEERALIFE.COM, JAKARTA — Orang dengan kepribadian narsistik cenderung menikmati saat dirinya menjadi bahan pembicaraan, bahkan ketika gosip tersebut bernada negatif. Temuan ini merujuk pada riset terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Self and Indentity, yang dipimpin oleh Andrew Hales dari University of Mississippi.
Penelitian ini menyebut bahwa orang narsis lebih memilih dibicarakan daripada diabaikan sama sekali. Pasalnya, mereka merasa menjadi pusat perhatian adalah hal yang penting, dan bahkan kritik bisa dianggap sebagai bentuk pengakuan atas eksistensi mereka.
Dalam studi yang melibatkan lebih dari 2.000 partisipan, para peneliti mengeksplorasi bagaimana perasaan orang ketika menjadi topik gosip di belakang mereka. Fokus utama riset ini adalah melihat reaksi dari sudut pandang orang yang menjadi bahan omongan, bahkan dari sisi pelaku gosip.
Hasilnya, sebanyak 64 persen partisipan mengaku lebih senang jika dibicarakan secara positif daripada tidak disebut sama sekali. Namun menariknya, sekitar 15 persen tetap memilih untuk menjadi sasaran gosip meski isinya negatif.
Menurut Hales, bagi sebagian orang, pilihan antara dibicarakan secara buruk atau tidak dianggap rasanya sama-sama menyakitkan. Namun rasa sakit karena tidak dianggap justru bisa lebih parah bagi mereka yang sangat peduli terhadap persepsi sosial, seperti para narsistik.
“Orang narsisis sering merasa istimewa dan berhak menjadi pusat perhatian, sehingga mereka mungkin menganggap gosip tentang mereka adalah hal yang positif, meskipun itu jelas-jelas negatif. Namun, kemungkinan besar, mereka lebih memilih perhatian negatif daripada diabaikan sama sekali,” kata Hales seperti dilansir laman Study Finds, Senin (12/5/2025).
Riset juga menunjukkan bahwa laki-laki lebih terbuka terhadap kemungkinan menjadi bahan gosip negatif dibandingkan perempuan. Sementara dalam gosip positif, baik laki-laki maupun perempuan menunjukkan ketertarikan yang hampir seimbang.
“Faktor usia pun memengaruhi. Partisipan yang lebih muda lebih tertarik menjadi subjek gosip positif dibandingkan yang lebih tua. Ini berkaitan dengan kecenderungan anak muda untuk membangun jaringan sosial dan mencari validasi dari lingkungannya,” kata dia.
Tidak hanya itu, studi ini juga menemukan bahwa orang-orang yang merasa dikucilkan secara sosial lebih suka menjadi bahan gosip netral atau negatif daripada tidak disebut sama sekali. Namun mereka justru kurang nyaman jika digosipkan secara positif, kemungkinan karena pujian terasa tidak sesuai dengan citra diri mereka yang negatif.