AMEERALIFE.COM, JAKARTA — Sutradara Angga Dwimas Sasongko memperkenalkan proyek film terbarunya berjudul Queen of Malacca atau Ratu Malaka di acara Cannes Film Market, bagian dari Cannes Film Festival. Film bergenre laga thriller ini memadukan mitologi Asia Tenggara dengan dunia kriminal gelap, menjadikannya proyek paling ambisius dalam karier penyutradaraan Angga sejauh ini.
Ini sekaligus menjadi proyek comeback Angga di bangku sutradara, setelah dua tahun terakhir fokus pada transformasi Visinema dan mengawal film animasi Jumbo yang diproduksi Visinema Studio. “Sekarang waktunya kembali menyutradarai film yang menggugah naluri terdalam saya sebagai pencerita,” kata Angga seperti dilansir laman Variety, Ahad (18/5/2025).
Film Queen of Malacca akan mengeksplorasi dunia kriminal di sekitar Selat Malaka, kawasan strategis yang kerap dikaitkan dengan perdagangan ilegal, penyelundupan senjata, dan perdagangan manusia. Di sisi lain, film ini juga akan membuat ulang legenda pendekar tradisional Kesultanan Malaka yang populer di Indonesia dan Malaysia.
Angga mengungkap bahwa film ini tidak hanya akan mengangkat sisi gelap kejahatan, namun juga praktik mistik dan takhayul yang masih dipercaya kalangan elite politik di Asia Tenggara. “Di Indonesia, orang-orang politik kerap melibatkan dukun, ramalan, dan unsur supranatural dalam strategi kekuasaan mereka,” kata Angga.
Film ini akan menjadi film laga kelima Angga setelah Wiro Sableng: Pendekar 212, Ben & Jody , 13 Bom di Jakarta, dan Mencuri Raden Saleh. Judul terakhir ini menjadi film aksi Indonesia terlaris dengan lebih dari 2,3 juta penonton selama penayangan di bioskop.
Proyek Queen of Malacca dalam tahap pengembangan lanjutan, dengan penulisan naskah dan perencanaan produksi tengah berlangsung. Film ini akan diproduksi oleh Visinema Pictures, rumah produksi yang didirikan oleh Angga. Adapun proses syuting dijadwalkan mulai pada 2026.
Melalui Visinema, Sasongko telah mengembangkan salah satu studio IP kreatif paling progresif di Indonesia. Perusahaan ini telah berkembang melampaui pembuatan film tradisional menjadi animasi, musik, serial digital, dan format penceritaan imersif lainnya.
Kesuksesan Jumbo yang kini meraih 9,5 juta lebih penonton juga memberikan keberanian bagi Angga dan Visinema untuk mengambil risiko kreatif. Salah satunya dengan menggarap Queen of Malacca, sebuah kisah yang menurutnya belum pernah disentuh sebelumnya.
“Jumbo adalah tesis yang membuktikan bahwa perjuangan kami layak. Kami melihatnya sebagai bukan hanya film animasi, tapi juga gerakan progresif kami untuk membuka kemungkinan baru dalam bercerita, dalam genre, dan dalam medium,” kata Angga.