AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Tekanan kerja yang tinggi tak jarang menjadi pemicu stres, bahkan dalam beberapa kasus bisa berkembang menjadi gangguan mental yang serius seperti salah satunya depresi.
Tekanan kerja merupakan kondisi berupa 'ketegangan' yang mengakibatkan ketidakseimbangan psikologis, fisik, dan emosional pada karyawan. Kondisi ini dapat mempengaruhi cara berpikir, emosi, dan kondisi diri sendiri. Stres kerja dapat muncul akibat tuntutan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan, sumber daya, atau kebutuhan pekerja.
Penyebabnya adalah beban kerja yang berat, lingkungan kerja yang tidak kondusif, kurangnya dukungan, dan peran yang tidak jelas dapat menyebabkan stres kerja.
Gejala stres kerja berupa kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, insomnia, gangguan pencernaan, dan perubahan perilaku seperti mudah marah atau cemas. Yang terakhir ini harus diwaspadai, karena bisa merembet menjadi gangguan psikologis yang lain.
Stres kerja dapat menurunkan produktivitas, mempengaruhi kesehatan fisik dan mental, serta merusak hubungan interpersonal.
Mengelola stres kerja dapat dilakukan dengan istirahat yang cukup, makan sehat, olahraga, berdiskusi dengan rekan kerja, dan mencari bantuan profesional.
Kata psikolog
Psikolog jebolan Universitas Indonesia, Ratih Zulhaqqi, tekanan kerja tidak serta-merta menyebabkan depresi, namun, stres berkepanjangan yang tidak ditangani dengan baik bisa menjadi salah satu faktor risiko.
“Stres itu pasti dialami semua orang, apalagi di lingkungan kerja saat ini yang serba cepat dan kompetitif. Tapi depresi adalah kondisi psikologis yang berbeda dan lebih dalam. Seseorang yang depresi biasanya sudah kehilangan kemampuan untuk mengelola stresnya,” jelas Ratih saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Jumat.