Rabu 11 Jun 2025 18:04 WIB

Jakarta Pakai AI untuk Tangani Macet, Gimana Cara Kerjanya?

Penerapan AI memungkinkan sistem menganalisis data lalu lintas secara real-time.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Macet (ilustrasi). Pemprov DKI Jakarta menggunakan AI untuk memantau dan menangani kemacetan.
Foto: Foto : MgRol_93
Macet (ilustrasi). Pemprov DKI Jakarta menggunakan AI untuk memantau dan menangani kemacetan.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berupaya memaksimalkan pemanfaatan teknologi, yaitu kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), untuk memantau dan menangani kemacetan di jalanan kota. Penggunaan AI dalam pengaturan lalu lintas ini dianggap sebagai langkah maju dalam mewujudkan Jakarta sebagai kota pintar (smart city).

Penerapan AI memungkinkan sistem untuk menganalisis data lalu lintas secara real-time dari berbagai sumber, seperti kamera CCTV, sensor di jalan, hingga data dari aplikasi navigasi. “Yang digunakan adalah intelligent traffic control system (ITCS),” kata Gubernur DKI Jakarta Pramono di Kantor Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Abdul Muis, Jakarta Pusat, Rabu (11/6/2025).

Baca Juga

ITCS adalah sistem yang dirancang untuk mengelola dan mengendalikan arus lalu lintas secara lebih efisien dengan menggunakan teknologi. Sistem ini bertujuan untuk mengoptimalkan waktu lampu lalu lintas berdasarkan kondisi nyata di lapangan, seperti jumlah kendaraan yang melintas dan waktu tempuh kendaraan di persimpangan.

Sistem ini biasanya melibatkan penggunaan sensor dan perangkat lunak yang dapat menganalisis data lalu lintas secara tepat waktu. Sistem ini juga sering terintegrasi dengan berbagai teknologi lain seperti kamera pemantau dan sistem komunikasi untuk memberikan informasi yang lebih akurat dan responsif terhadap perubahan kondisi lalu lintas.

Pramono menjelaskan bahwa dari hasil diskusi dengan Kepala Dinas Perhubungan Jakarta Syafrin Liputo, sistem pengaturan dengan ITCS sangat baik. Namun, CCTV yang baru dimiliki, hanya 65 dari 321 yang dibutuhkan.

“Maka saya minta untuk secara bertahap kita rencanakan untuk memenuhi kebutuhan itu karena dengan hanya baru 65 saja secara signifikan sudah bisa dirasakan publik,” kata Pramono.

Kepala Dinas Perhubungan Jakarta Syafrin Liputo mengatakan nantinya akan ditugaskan sebanyak 25 orang untuk mengawasi CCTV tersebut. “Sehingga tidak ada kekosongan monitoring terhadap seluruh kamera yang ada di lapangan,” kata Syafrin.

Selain itu, disediakan pula pusat layanan (call center) yang juga terkoneksi langsung dengan manajemen hubungan pelanggan (customer relationship management/CRM) sehingga, kata Syafrin, SOP untuk penanganan setiap keluhan masyarakat maksimal tiga jam harus sudah selesai.

Tingkat kemacetan (congestion level) Jakarta saat ini, berdasarkan TomTom Traffic Index adalah rata-rata sekitar 30 persen pada sistem jalan di area metro Jakarta. Artinya, rata-rata waktu tempuh meningkat sekitar 30 persen dibandingkan waktu yang ideal tanpa kemacetan.

Waktu perjalanan juga menunjukkan bahwa untuk jarak 10 kilometer, rata-rata diperlukan waktu sekitar 23–25 menit. Angka di atas adalah rata-rata harian sedangkan pada jam-jam puncak pagi (sekitar jam 07.00–09.00) dan sore (17.00–19.00) biasanya jauh lebih tinggi, bahkan bisa mencapai kemacetan paling parah. TomTom Traffic Index adalah sebuah laporan tahunan dan layanan berbasis "floating car data (FCD)" yang mengukur tingkat kemacetan secara serempak pada lebih dari 500 kota di seluruh dunia.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement