Bermusik juga terbukti melindungi otak seiring bertambahnya usia, serta memperkuat cognitive reserve atau ketahanan otak saat menua. Menurut Levitin, musik mendorong neuroplasticity atau kemampuan otak membentuk koneksi baru, bahkan jika kita merasa tidak terlalu mahir.
Satu studi terhadap 132 lansia menemukan bahwa enam bulan berlatih piano atau mendengarkan musik secara aktif bisa meningkatkan volume gray matter di otak dan memperkuat memori kerja pendengaran. Latihan piano selama setahun bahkan berkaitan dengan peningkatan fleksibilitas kognitif.
Levitin menambahkan, saat belajar memainkan musik, manusia secara fisik dan mental terhubung dengan karya-karya agung dari para jenius musik dunia. Selain itu, musik bisa menyelaraskan perilaku kita dengan orang lain. Bahkan sekadar mengetukkan jari mengikuti irama bersama orang lain, bisa membuat kita merasa lebih dekat dengan mereka.
Penelitian menunjukkan otak juga menjadi lebih selaras saat kita membuat musik bersama, dibanding sekadar mendengarkannya.
Bernyanyi bersama dalam kelompok bisa menurunkan hormon stres (kortisol) dan meningkatkan oksitosin atau hormon yang memperkuat ikatan sosial. Ini yang membuat pengalaman sosial lewat musik terasa makin menyenangkan dan mempererat.
Studi tahun 2015 juga menunjukkan bahwa bernyanyi bisa jadi “icebreaker” yang efektif, mempercepat terbentuknya kedekatan sosial.
“Bernyanyi bersama adalah cara terbaik untuk melepaskan ego, merasa lebih terhubung dengan orang sekitar, dan merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar,” kata Levitin.