Senin 07 Jul 2025 11:04 WIB

Bukan Sekadar Ngelamun, Dokter RSJ Ungkap Halusinasi Bisa Serius dan Berbahaya

Halusinasi dinilai merupakan gangguan persepsi serius yang perlu diwaspadai.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Seseorang mengalami halusinasi (ilustrasi). halusinasi merupakan gangguan persepsi serius yang perlu diwaspadai.
Foto: Freepik
Seseorang mengalami halusinasi (ilustrasi). halusinasi merupakan gangguan persepsi serius yang perlu diwaspadai.

AMEERALIFE.COM, SAMARINDA -- Gangguan kejiwaan sering kali disalahpahami oleh masyarakat awam, dan salah satunya adalah halusinasi. Banyak yang mengira halusinasi sebagai sekadar khayalan atau angan-angan belaka, padahal kenyataannya jauh lebih serius dan membutuhkan perhatian medis.

Dokter Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Daerah Atma Husada Mahakam Samarinda, Kalimantan Timur, Astuti, mengatakan pentingnya mengenali pemicu dan jenis gangguan kejiwaan berupa halusinasi yang tak boleh diremehkan ini. Menurutnya, halusinasi merupakan gangguan persepsi serius yang perlu diwaspadai, jauh berbeda dengan angan-angan biasa yang wajar dialami setiap orang.

Baca Juga

Astuti menjelaskan secara rinci bahwa halusinasi adalah suatu kondisi di mana seseorang merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada, tanpa adanya rangsangan eksternal. “Halusinasi adalah pengalaman sensorik yang tidak berdasarkan pada stimulus nyata, tetapi dirasakan nyata oleh individu yang mengalaminya,” ujar Astuti, beberapa waktu lalu.

Ia menyebut halusinasi termasuk dalam kategori gangguan jiwa, sebuah kondisi kompleks yang memengaruhi cara berpikir, emosi, dan perilaku seseorang. Ini berarti, orang yang mengalami halusinasi benar-benar meyakini bahwa apa yang mereka rasakan (dengar, lihat, cium, raba, atau rasa) itu nyata, meskipun tidak ada sumber fisiknya.

Dokter Astuti memaparkan beragam jenis halusinasi yang dapat memengaruhi indera seseorang. Jenis-jenis ini meliputi halusinasi auditorik, di mana individu mendengar suara atau bunyi tanpa sumber nyata; halusinasi visual, yaitu ketika seseorang melihat objek atau bayangan yang tidak ada; halusinasi olfaktorik, yang melibatkan penciuman bau tidak nyata; halusinasi taktil, di mana individu merasakan sentuhan atau sensasi pada kulit tanpa adanya kontak fisik; dan halusinasi gustatorik, yakni merasakan rasa aneh di mulut tanpa ada makanan atau minuman.

Variasi ini menunjukkan kompleksitas gangguan halusinasi yang bisa menyerang indera manapun. Selain menjelaskan jenis-jenisnya, dia juga menguraikan beberapa faktor utama yang dapat memicu terjadinya halusinasi.

Salah satu penyebab paling umum adalah gangguan jiwa murni, di mana halusinasi seringkali muncul pada penderita skizofrenia, gangguan bipolar, dan depresi. Selain itu, penyalahgunaan zat psikoaktif, seperti narkoba dan alkohol, juga merupakan pemicu kuat yang dapat menimbulkan halusinasi. Tidak hanya itu, kondisi medis tertentu seperti demensia, epilepsi, dan tumor otak juga bisa menjadi penyebab.

Bahkan, beberapa jenis obat memiliki efek samping yang berpotensi menimbulkan halusinasi, sehingga riwayat pengobatan pasien perlu ditelusuri dengan cermat. Faktor fisik dan psikologis turut berperan, seperti kurang tidur, kelelahan fisik ekstrem, stres berkepanjangan, dan trauma berat.

Astuti menekankan perbedaan krusial antara angan-angan biasa dengan halusinasi. “Angan-angan adalah hal yang wajar bagi setiap orang,” ujarnya.

Namun, ia memperingatkan, "Jika halusinasi sudah mengganggu dan parah, perlu dilakukan serangkaian pemeriksaan medis untuk penanganan lebih lanjut". Penanganan dini dinilai sangat krusial untuk mencegah kondisi memburuk dan membantu individu yang mengalaminya mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement