AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Seorang wanita asal Guadeloupe, wilayah kepulauan Karibia milik Prancis, diketahui memiliki golongan darah yang belum pernah tercatat sebelumnya dalam dunia medis. Golongan darah langka ini secara resmi dinamakan Gwada negatif.
Temuan ini diumumkan oleh Lembaga Darah Prancis (EFS) pada 20 Juni 2025, 15 tahun setelah sampel darah wanita tersebut pertama kali diterima untuk pemeriksaan rutin sebelum menjalani operasi. "EFS baru saja menemukan sistem golongan darah ke-48 di dunia," ujar EFS dalam sebuah pernyataan seperti dilansir laman France24, Senin (23/6/2025).
Penemuan ini telah diakui secara resmi pada awal Juni di Milan oleh International Society of Blood Transfusion (ISBT), yang sebelumnya hanya mengakui 47 sistem golongan darah. Identifikasi golongan darah yang akurat sangat penting untuk memastikan pasien dapat menerima transfusi darah yang cocok dan menyelamatkan jiwa.
Menurut Thierry Peyrard, ahli biologi medis di EFS yang terlibat dalam penelitian tersebut, antibodi yang sangat tidak biasa pertama kali ditemukan pada wanita itu pada 2011. Namun, keterbatasan sumber daya kala itu menghambat kelanjutan penelitian.
Baru pada 2019, berkat kemajuan teknologi sekuensing DNA berkecepatan tinggi, para ilmuwan berhasil mengungkap bahwa antibodi tersebut berasal dari mutasi genetik langka. Wanita tersebut, yang saat itu berusia 54 tahun dan tinggal di Paris, menjalani pemeriksaan rutin pra-operasi ketika antibodi misterius tersebut terdeteksi.
"Tidak diragukan lagi, wanita ini adalah satu-satunya individu yang diketahui memiliki golongan darah ini di dunia. Dia adalah satu-satunya orang yang cocok dengan dirinya sendiri," kata Peyrard.
Peyrard mengatakan wanita itu mewarisi golongan darah langka ini dari kedua orang tuanya, yang masing-masing membawa gen yang telah bermutasi. Adapun nama Gwada negatif dipilih sebagai penghormatan atas asal-usul geografis pasien dari Guadeloupe (yang dijuluki Gwada) dan dinilai mudah diucapkan dalam berbagai bahasa. Nama ini pun disambut baik oleh komunitas ilmiah.
Sejak penemuan sistem golongan darah ABO pada awal 1900-an, kemajuan teknologi DNA telah mempercepat penemuan golongan darah baru. Peyrard dan timnya kini berharap dapat menemukan individu lain dengan golongan darah serupa.
"Menemukan golongan darah baru berarti memberikan tingkat perawatan yang lebih baik bagi pasien dengan golongan darah langka," ujar EFS.