Jumat 30 May 2025 14:48 WIB

1 dari 4 Perempuan Bisa Kena Perdarahan Menstruasi Hebat, Setop Anggap Remeh

PMB merupakan terjadinya menstruasi dengan keluar darah yang berlebihan.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Perempuan mengalami pendarahan menstruasi berat atau PMB (ilustrasi). Satu dari empat perempuan berpotensi mengalami PMB dalam hidupnya.
Foto: republika
Perempuan mengalami pendarahan menstruasi berat atau PMB (ilustrasi). Satu dari empat perempuan berpotensi mengalami PMB dalam hidupnya.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Perdarahan menstruasi berat (PMB) atau yang dikenal juga dengan heavy menstrual bleeding (HMB) adalah kondisi yang ternyata jauh lebih umum dari yang mungkin kita bayangkan. Studi menunjukkan bahwa satu dari empat perempuan berpotensi mengalami PMB dalam hidupnya. Angka ini cukup mencengangkan dan menggarisbawahi pentingnya kesadaran akan kondisi ini, yang sering kali dianggap remeh atau bahkan dinormalisasi sebagai bagian dari menstruasi.

PMB bukan sekadar "menstruasi yang banyak" seperti anggapan umum. Ini adalah kondisi serius yang dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup seorang perempuan.

Baca Juga

“Normalnya (menstruasi) memang hanya 80 cc total lima hingga tujuh hari terserah berapa hari menstruasinya, normalnya paling antara 4-8 hari. Kalau udah lewat delapan hari itu sudah memanjang,” ujar dokter kandungan dan ahli fertilitas endokrinologi reproduksi FKUI RSCM dr. Achmad Kemal Harzif, Sp.OG, Subsp. FER saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Berdasarkan paparannya, PMB merupakan terjadinya menstruasi dengan keluar darah yang berlebihan sehingga mengganggu hidup fisik, emosional hingga material seorang perempuan. Gejala PMB meliputi sering mengganti pembalut atau tampon setiap satu hingga dua jam karena penuh, perdarahan lebih dari tujuh hari, keluar gumpalan darah yang besar hingga rasa sakit pada bagian bawah perut selama menstruasi. Lebih lanjut, satu dari empat perempuan dengan usia reproduktif berpotensi mengalami PMB, meski demikian sebanyak 47 persen perempuan tidak mengetahuinya dan justru percaya bahwa PMB adalah hal yang lumrah dari menstruasi.

Ia mengatakan sebanyak 39 persen perempuan tidak menyadari bahwa ada pilihan pengobatan yang tersedia untuk kondisi ini. Kondisi PMB pada perempuan rupanya memiliki dampak yang serius bagi perempuan yakni anemia atau defisiensi zat besi sehingga membuat perempuan merasa mudah lelah dan pucat.

Hal lain yakni sesak napas dan peningkatan risiko masalah penyakit jantung kemudian menurunkan kualitas hidup karena PMB mengganggu aktivitas sehari-hari akibat perempuan mengalami kesulitan menyelesaikan pekerjaan. Rasa sakit dan ketidaknyamanan juga menghantui, serta gangguan tidur dan mental juga beban finansial yang diakibatkan meningkatnya biaya yang dikeluarkan untuk obat, prosedur medis karena menyebabkan wanita kurang produktif.

Karenanya dibutuhkan deteksi dini terkait kondisi ini. Namun demikian, ia menjelaskan agar tidak perlu khawatir karena terapi penanganan PMB telah tersedia tergantung dengan kondisi pasien.

Bagi pasien yang berencana untuk hamil, manajemen medis seperti penggunaan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) dan asam traneksamat dapat diberikan oleh dokter. Sementara bagi pasien yang sedang tidak melakukan program hamil ada terapi yang bisa menjadi pilihan yakni Levonorgestrel Releasing Intraurine System (LNG IUS). LNG IUS merupakan perangkat berukuran kecil menyerupai huruf T yang diaplikasikan ke dalam rahim dengan melepaskan hormon secara perlahan di dalam rahim, untuk mencegah penebalan dinding rahim dan berfungsi mengurangi perdarahan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement