Kamis 03 Jul 2025 13:47 WIB

Jangan Bikin Orang Lain Jaga Jarak, Pahami Batasan Aroma Tubuhmu

Dulu, hanya bangsawan dan orang kaya saja yang bisa menikmati harumnya tubuh.

Red: Qommarria Rostanti
Wanita menghidup aroma tidak sedap (ilustrasi). Masalah bau badan bukan cuma soal kebersihan diri melainkan bagian dari rasa hormat terhadap ruang pribadi orang lain.
Foto: Dok. Freepik
Wanita menghidup aroma tidak sedap (ilustrasi). Masalah bau badan bukan cuma soal kebersihan diri melainkan bagian dari rasa hormat terhadap ruang pribadi orang lain.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Cuaca panas membuat kita lebih banyak berkeringat. Bau badan pun terkadang menjadi masalah yang sulit dihindari.

Sering kali, kita pun mencium (dan dicium) aroma dari orang lain, entah itu teman atau orang asing. Kondisi ini lantas memicu sebuah pertanyaan menarik: apakah memakai deodoran itu termasuk bagian dari "etika sosial"?

Baca Juga

Pada 2025, pilihan deodoran sudah sangat beragam. Ada yang berbentuk semprot (aerosol), oles (roll-on), krim untuk seluruh tubuh (whole-body creams), bahkan pilihan alami dan bebas aluminium. Produknya pun dibuat untuk berbagai kalangan yakni pria, wanita, hingga remaja.

Tapi, urusan bau badan ternyata tidak sesederhana itu. Ada cerita panjang dan alasan di baliknya.

Dulu dan sekarang: bagaimana aroma mewakili status

Persepsi kita tentang bau badan dan kebersihan ternyata punya sejarah panjang. "Di era modern ini, aroma 'segar' sering dihubungkan dengan gaya hidup mewah. Ini karena mereka yang berprivilese bisa membeli parfum dan rutin menjaga kebersihan dengan mengganti pakaian," kata seorang dermatolog bersertifikat dan profesor klinis asosiasi dermatologi di Universitas Yale, dr Alicia Zalka, dikutip dari laman Huffington Post pada Kamis (3/7/2025).

Dia mengatakan, pada masa lalu, sebelum ada kamar mandi modern yang bikin kita bisa mandi setiap hari, orang memakai parfum atau bedak untuk menutupi bau badan. Pasalnya, dulu, air bersih dan hangat susah didapat.

"Dulu, hanya bangsawan dan orang kaya saja yang bisa menikmati harumnya tubuh, jadi tidak bau badan itu identik dengan hak istimewa dan status sosial," kata dr Zalka. Artinya, sejak dulu, bau harum bukan cuma soal enak dicium, tapi juga penanda kemewahan dan status di masyarakat.

Sekarang pertanyaannya: apakah bau badan itu subjektif? Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. Jelas, setiap orang punya selera aroma yang beda-beda, dan budaya juga ikut memengaruhi cara kita memandang bau badan. Tapi, ada contoh menarik yaitu aroma musk, yang bisa bikin persepsi kita soal bau badan jadi agak berubah.

Bau badan sering digambarkan sebagai musky. Aroma ini sering ditemukan dalam parfum dan cologne. Secara historis, aroma musk berasal dari kelenjar hewan, terutama rusa musk jantan. Aromanya digambarkan sensual, hangat, seperti tanah (earthy), dan kayu (woody). Namun, karena alasan etika dan keberlanjutan, sebagian besar aroma musk yang digunakan dalam industri parfum saat ini adalah sintetis atau berasal dari sumber nabati.

Musk kini malah jadi bahan favorit di parfum-parfum mewah. Contohnya di Maison Margiela Replica Lazy Sunday Morning, Le Labo's Another 13, atau Tom Ford White Suede Eau de Parfum. Parfum-parfum ini dipakai dengan harapan bisa meningkatkan daya tarik pemakainya. Jelas beda banget kan dengan "bau badan" yang kita maksud sehari-hari.

Bau badan dan batasan sosial

Kapan aroma musk bisa berubah jadi bau yang tidak enak? Untuk memahaminya, kita perlu ingat bahwa aroma adalah penanda sosial yang sangat berkaitan dengan cara kita menampilkan diri di depan umum. Ini mengurangi sifat subjektifnya.

"Menerapkan kebersihan dasar seperti mandi, memakai baju bersih, dan memakai pencegah bau badan adalah bagian dari norma sosial kita. Ini adalah cara kita memberi sinyal kepada dunia bahwa kita berfungsi dengan baik," kata seorang pekerja sosial klinis berlisensi (LCSW) dari Los Angeles, Julia Childs. 

Ada juga bukti ilmiah yang menghubungkan orang yang punya rasa percaya diri tinggi dengan aroma alami tubuh yang lebih baik. Studi tahun 2021 dari National Institutes of Health (NIH) menunjukkan hal ini. Seorang psikolog Belanda yang juga penulis studi tersebut, Ilja Croijmans, mengatakan bau badan itu sinyal komunikasi sosial yang penting, semacam petunjuk non-verbal tentang bagaimana kita menampilkan diri di depan umum.

Dermatolog bersertifikat ganda lulusan Harvard, dr Kristina Collins, mengatakan bahwa bau yang terbentuk dan dilepaskan pada kulit manusia dipengaruhi oleh bakteri yang berinteraksi dengan keringat. Ini membentuk bau badan klasik yang jelas yang dapat dicium secara sadar oleh orang lain.

Ada bau lain yang dipengaruhi oleh pola makan dan kondisi emosional yang juga dilepaskan melalui keringat. Orang lain mungkin juga dapat menciumnya. Sebuah studi NIH tahun 2013 juga mendukung ini, menunjukkan perbedaan bau antara keringat saat cemas dan keringat dalam kondisi normal. Intinya, kita semua tahu sejak masa puber: bau badan yang menyengat bisa bikin malu dan tidak nyaman dalam situasi sosial.

Dr Zalka menyebut bau badan seseorang seunik indra penciuman dan persepsi penciuman mereka. Artinya bau badan ada di area abu-abu sosial. Meskipun ia belum pernah melihat ada orang yang sakit fisik karena mencium bau badan yang sangat menyengat, kompleksitas sistem penciuman menunjukkan beberapa orang mungkin punya sensitivitas ekstra terhadap aroma.

"Tidak mempertimbangkan bagaimana aroma Anda dapat memengaruhi orang lain, adalah sesuatu yang saya anggap sebagai pelanggaran batas," kata Julia Childs.

Menurut dia, tidak masalah untuk punya preferensi bagaimana Anda ingin tubuh Anda berbau, entah itu alami atau dengan sedikit parfum. Tapi, sama seperti Anda tidak ingin orang lain memaksakan aroma tertentu kepada Anda, memaksakan aroma Anda kepada orang lain adalah pelanggaran batas.

Pada akhirnya, masalah bau badan bukan cuma soal kebersihan diri. Ini juga tentang rasa hormat, kesadaran akan ruang pribadi orang lain, dan merupakan bagian penting dari interaksi sosial yang beradab.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement