AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Kementerian Ekonomi Kreatif menetapkan tujuh subsektor ekonomi kreatif sebagai prioritas nasional selama lima tahun ke depan. Ketujuh subsektor tersebut dinilai memiliki potensi besar untuk mendorong ekspor, investasi, penciptaan lapangan kerja, serta kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, menjelaskan bahwa subsektor yang menjadi unggulan adalah fashion, kuliner, kriya, film-animasi dan video, musik, game, serta aplikasi digital. "Tujuh subsektor ini memiliki potensi besar, baik dari sisi penciptaan lapangan kerja, kontribusi ekspor, peningkatan investasi, maupun sumbangan terhadap PDB nasional," kata Teuku Riefky seusai meresmikan Food Hospitality Indonesia di JiExpo Kemayoran, Selasa (22/7/2025).
Teuku Riefky mengatakan, pemerintah menargetkan sektor ekonomi kreatif menyumbang 8 persen terhadap PDB tahun ini. Adapun indikator utama (KPI) Kemenekraf dalam lima tahun ke depan akan bertumpu pada empat hal utama, yakni nilai ekspor ekraf, investasi, penciptaan lapangan kerja, dan kontribusi terhadap ekonomi nasional.
"Untuk tahun ini target sekitar 8 persen. Itu komitmen kami," kata dia.
Dalam upaya memperkuat daya saing pelaku ekraf nasional, Teuku menekankan pentingnya peningkatan kualitas produk dan pelayanan. la menyoroti dominasi produk asing di pasar domestik yang harus diimbangi dengan penguatan ekosistem kreatif dalam negeri.
"Kita harus terus belajar, terus meningkatkan kualitas produk dan pelayanan kita. Pasar nasional saja banyak diisi produk asing, ini menjadi tantangan besar bagi kita," kata Teuku.
Untuk memperluas pasar, terutama ke kancah global, Kementerian Ekraf juga bersinergi dengan berbagai kementerian dan lembaga seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian UMKM, Kementerian Luar Negeri, dan Bank Indonesia. Kolaborasi ini bertujuan mendorong produk-produk kreatif Indonesia agar mampu menembus pasar internasional.
Riefky juga mengingatkan pentingnya kesiapan pelaku usaha dalam menjaga keberlanjutan produksi dan rantai pasokan. "Jangan sampai ketika permintaan tinggi, pelaku usaha tidak siap dari sisi bahan baku atau produksi. Keberlanjutan dan kesiapan sangat penting," kata dia.