AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Depresi dan keinginan bunuh diri bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja, termasuk anak-anak. Seperti kasus terbaru yang terjadi pada MR (11 tahun), siswa kelas 4 SD di Banyuwangi, Jawa Timur. Dia nekat gantung diri lantaran sering di-bully teman-temannya.
Dia tak kuat sering dicemooh karena tidak punya bapak (telah meninggal dunia). Peristiwa memilukan itu terjadi pada Senin (27/2/2023) sekitar pukul 15.00 WIB kemarin.
Tak hanya di Indonesia, fenomena bunuh diri terhadap anak di bawah umur juga terjadi di negara lain, termasuk di Amerika Serikat (AS). Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS, bunuh diri adalah penyebab kematian terbanyak kedua anak berusia 10-14 tahun di AS.
Psikiater anak dan remaja dari UT Physicians, Cesar Soutullo, menyarankan orang tua mewaspadai tanda-tanda peringatan depresi dan ide bunuh diri pada anak. Tanda itu bukan hanya berupa kesedihan, meski merupakan emosi paling umum yang terkait dengan penurunan kesehatan mental.
"Penting untuk dipahami bahwa perasaan ini tidak selalu dimulai dengan keinginan untuk mati. Biasanya mulai lebih kecil, mungkin anak bertanya-tanya apakah ada yang peduli jika sesuatu terjadi pada mereka, atau mungkin mereka memiliki persepsi diri yang semakin negatif," kata Soutullo.
Hal lain yang bisa menjadi tanda peringatan bahwa anak mengalami guncangan mental adalah lekas marah, menarik diri, kehilangan minat pada hal-hal yang disukai atau dinikmati, tidak berenergi, dan harga diri yang buruk. Terkadang, anak menyalahkan diri sendiri atau merasa tidak berguna.
Adanya perubahan kebiasaan tidur, penurunan nafsu makan, sulit berkonsentrasi, dan kerap ragu-ragu juga dapat menjadi gejala. Tanda-tanda yang lebih parah dapat mencakup perilaku menyakiti diri sendiri seperti aktivitas yang berpotensi berbahaya atau kekerasan.
Jika orang tua mendapati anak mengalami lima atau lebih dari deretan gejala tersebut setidaknya selama dua pekan, Soutullo merekomendasikan untuk berkonsultasi dengan ahli. Sebagai langkah awal, bisa membuat janji temu dengan dokter anak atau konselor sekolah.
Menurut Soutullo, mencari bantuan ketika kondisi anak ditengarai mengarah pada depresi atau punya keinginan bunuh diri adalah hal terbaik yang dapat dilakukan orang tua. Langkah itu penting untuk membantu menjaga kesehatan mental anak-anak.
"Tidak ada bedanya dengan jika anak menderita asma dan membutuhkan dokter. Kesehatan mental adalah hal yang sama. Orang tua tidak boleh menyalahkan diri sendiri atau merasa malu. Itu bukan kesalahan mereka," ujar Soutullo dikutip dari laman UT Physicians, Kamis (2/3/2023).