AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Seorang pria asal Amerika Serikat tewas setelah terinfeksi amoeba pemakan otak, Naegleria fowleri. Pria yang berdomisili di Florida tersebut terkena infeksi langka ini setelah membilas sinus dengan air keran.
Menurut Departemen Kesehatan Florida, seseorang tak bisa terinfeksi Naegleria fowleri karena meminum air keran yang terkontaminasi. Infeksi hanya bisa terjadi bila air yang terkontaminasi Naegleria fowleri masuk ke area sinus.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat (AS) mengungkapkan, penularan Naegleria fowleri umumnya terjadi melalui aktivitas berenang di danau atau sungai yang hangat saat musim panas. Alasannya, amoeba ini bisa bertumbuh di suhu udara yang hangat. Naegleria fowleri juga bisa ditemukan di tanah dan air segar.
Pada tahun kemarin, Amerika Serikat juga menemukan tiga kasus infeksi Naegleria fowleri di Arizona, Iowa, dan Nebraska. Salah satu dari kasus ini mengenai seorang anak yang tertular setelah berenang di Sungai Elkhorn. Sang anak meninggal setelah menjalani perawatan selama 10 hari di rumah sakit.
Infeksi Naegleria fowleri biasanya akan berkembang dengan cepat setelah pasien mengalami gejala. Beberapa gejala yang mungkin dirasakan pasien adalah sakit kepala, demam, mual, disorientasi, kehilangan keseimbangan, kaku di leher, serta kejang.
Pasien yang terkena infeksi Naegleria fowleri biasanya mengalami kematian dalam waktu 18 hari. Mengingat fatalnya infeksi ini, otoritas kesehatan Florida menganjurkan orang-orang untuk tak menggunakan air keran untuk membilas sinus.
Aktivitas membilas sinus sebaiknya menggunakan air distilasi atau air steril. Namun bila tetap ingin menggunakan air keran, rebus dahulu air keran selama satu menit.
"Dinginkan sebelum membilas sinus," ujar otoritas kesehatan Florida.
Mengenal Naegleria fowleri
Naegleria fowleri merupakan organisme yang menyukai suhu panas. Amoeba ini berkembang paling subur pada suhu 46 derajat Celsius, dan bahkan bisa bertahan dalam jangka pendek di suhu yang lebih tinggi.
Infeksi Naegleria fowleri menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat yang dikenal dengan Primary Amebic Meningoencephalitis (PAM). Meski langka, penyakit ini bisa sangat mematikan. Dari 154 kasus yang ditemukan selama 1962-2021, hanya ada empat orang di Amerika Serikat yang berhasil selamat setelah terinfeksi Naegleria fowleri.
Di sisi lain, PAM cukup sulit untuk dideteksi karena penyakitnya berkembang dengan sangat cepat. Terkadang, diagnosis baru bisa ditegakkan setelah pasien meninggal dunia.
Infeksi bisa terjadi ketika air yang terkontaminasi oleh Naegleria fowleri masuk ke dalam hidung. Naegleria fowleri lalu bermigrasi ke otak melalui saraf olfactory.
"Gejala muncul sejak 1-12 hari (dengan rerata lima hari) setelah berenang atau setelah hidung terpapar air yang terkontaminasi Naegleria fowleri," ujar CDC.
Pada tahap pertama, beberapa gejala yang muncul pada kasus PAM adalah sakit kepala berat di bagian depan, demam, mual, serta muntah. Pada tahap kedua, gejala yang muncul adalah leher kaku, kejang, perubahan kondisi mental, halusinasi, serta koma.