AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Saat membeli baju baru, tak sedikit orang yang langsung memakainya tanpa mencuci terlebih dahulu. Meskipun baju baru terlihat bersih, faktanya baju tersebut bisa menyimpan beberapa kuman jahat, bahan kimia keras yang bisa mengiritasi kulit dan membuat Anda sakit.
“Pakaian penuh dengan berbagai jenis organisme sejak diproduksi hingga dijual,” kata seorang profesor klinis mikrobiologi dan patologi di New York University’s Grossman School of Medicine, Philip Tierno.
Para ahli juga telah memerinci beberapa alasan mengapa pakai baju baru tanpa mencucinya bisa berbahaya bagi kesehatan. Yuk simak uraian berikut, seperti dilansir dari laman SELF, Jumat (10/3/2023):
1. Baju baru bisa mengandung sisa pewarna dan bahan kimia
Alasan pertama harus mencuci pakaian baru terlebih dahulu adalah dermatitis kontak. Profesor klinis dermatologi di Stanford Medicine, Jennifer Chen, mengatakan kondisi ini sebenarnya adalah sejenis eksim. Hal itu ditandai dengan ruam gatal yang dapat berkembang saat kulit Anda bersentuhan dengan sesuatu yang mengganggu.
Beberapa penelitian menunjukkan, sekitar 20 persen kasus disebabkan oleh alergen dan 80 persen oleh iritasi. Dalam hal kaitannya dengan pakaian baru, dermatitis kontak dapat terjadi ketika Anda terpapar beberapa bahan kimia dan pewarna yang keras yang disemprotkan ke dalam pakaian selama proses produksi.
Seorang ilmuwan Cornell University, Frances Kozen, mengatakan yang berfokus pada ilmu tekstil, mengatakan bahwa pakaian sering kali diputihkan atau diolah dengan produk seperti pelembut kain, pelapis tahan noda atau antiair, dan bahan antijamur.
Bahan-bahan tersebut juga dapat mengandung pewarna berlebih, terutama pada pakaian berwarna gelap, yang dapat dengan mudah menular ke kulit dan berpotensi menyebabkan reaksi kulit yang tidak nyaman.
2. Pakaian kemungkinan besar penuh dengan kuman
Pewarna dan bahan kimia bukan satu-satunya masalah yang mungkin terjadi. Ada kuman jahat yang juga mengintai.
Kemungkinan besar baju baru yang ada di toko telah dicoba oleh konsumen lain, atau barang tersebut ditangani oleh orang yang bekerja di fasilitas manufaktur, gudang, atau toko fisik. Jika orang lain menyentuh pakaian tersebut, maka secara otomatis pakaian tersebut berpotensi membawa semua jenis patogen, seperti staph, norovirus, dan lainnya.
"Manusia meninggalkan jejak mikroorganisme pada apapun yang disentuhnya-entah itu meja dapur atau sepotong pakaian," kata dr Tierno.
Tierno menyeka banyak pakaian yang dibeli di toko untuk acara Good Morning America. Dia pun menemukan semua jenis kuman termasuk sekresi pernapasan, organisme vagina, dan kuman lainnya. Hal ini seharusnya tidak mengejutkan, tetapi ini adalah risiko yang terutama terjadi pada pakaian vintage atau pakaian bekas.
Faktanya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pakaian bekas dapat terkontaminasi oleh kutu yang menyebabkan pedikulosis (kutu rambut) dan kudis. Untuk itu, penting untuk mencuci terlebih dahulu sebelum memakainya.
Namun demikian, menurut Tierno, ini tergantung pada jenis pakaiannya juga. Pakaian dalam dan pakaian renang lebih mungkin mengandung kuman orang lain, kelompok mikroorganisme yang hidup di tubuh masing-masing. Pasalnya pakaian tersebut dikenakan lebih dekat dengan bagian tubuh yang intim.
Beberapa kuman tersebut dapat bertahan hidup di kain kering selama beberapa hari; sedangkan yang lainnya seperti staph atau E coli dapat hidup berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan di pakaian. Lantas seberapa besar risiko sakit akibat kuman yang hidup di baju baru? Menurut dr Tierno, untungnya cukup rendah.
Dia menjelaskan, tubuh dipenuhi dengan mikroorganisme yang bisa melindungi dari kuman jahat dari luar. Namun bukan berarti risikonya nol, terutama bagi para lansia, penderita psoriasis atau kondisi kulit lainnya yang dapat menyebabkan kulit pecah-pecah atau melemah. "Mereka yang hidup dengan penyakit kronis yang membuat mereka lebih rentan terkena infeksi mikroorganisme," kata Tierno.
Tidak ada salahnya untuk mencuci dulu baju yang baru Anda miliki. Entah itu baju yang dibeli secara daring maupun beli baju di toko di mana orang mungkin pernah menyentuh atau mencobanya. "Itu adalah langkah yang aman, terutama saat Anda berurusan dengan pakaian dalam dan barang-barang yang tidak dikemas," kata dr Tierno.