AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Keracunan makanan atau yang juga dikenal dengan istilah penyakit bawaan makanan, disebabkan oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi. Penyebab paling umum dari keracunan makanan termasuk paparan bakteri, virus, dan/atau parasit.
Pertanyannya, apakah keracunan makanan bisa menular? Menurut laman Healthline, jenis keracunan makanan tertentu memang bisa menular, dan itu sangat tergantung pada jenis bakteri, virus, atau parasit yang menyebabkannya.
Akan tetapi, keracunan makanan tidak ditularkan dari satu orang ke orang lainnya. Lebih sering, penyakit itu disebabkan salmonella atau E coli, dan bisa ditularkan dari hewan kepada manusia. Gejala keracunan makanan termasuk mual, muntah, diare, dan kram perut.
Secara umum, jika ada seseorang yang baru saja mengalami keracunan makanan, sebaiknya menjauhlah. Pasalnya, keracunan makanan bisa terjadi tidak hanya dengan mengonsumsi makanan yang terkontaminasi, tapi juga dari paparan cairan tubuh, termasuk diare atau muntahan, dari orang yang terinfeksi.
Orang yang keracunan makanan direkomendasikan untuk beristirahat di rumah, rutin melakukan disinfeksi, dan tidak menyiapkan makanan atau minuman sampai gejala hilang. Gejala keracunan makanan bisa bertahan kurang dari sepekan atau lebih lama, tergantung jenis keracunan yang dialami.
Institut Nasional Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal AS (NIDDK) menyampaikan, sebagian besar gejala keracunan makanan muncul dalam hitungan menit hingga beberapa jam setelah paparan. Misalnya, yang terjadi pada norovirus atau staph. Dalam kasus lain, gejala dapat muncul lebih lama, seperti pada keracunan makanan cyclospora dan listeria. Obat bebas seperti Pepto Bismol dan Kaopectate, dapat membantu mengobati diare yang disebabkan oleh keracunan makanan pada orang dewasa.
Jika pasien keracunan makanan adalah anak-anak, konsultasikan dengan dokter sebelum memberikan obat-obatan apa pun. Perawatan lain untuk keracunan makanan dapat mencakup antibiotik yang diresepkan dokter, obat-obatan, atau probiotik.
NIDDK juga menyebutkan pentingnya terus melakukan hidrasi tubuh untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang. Untuk orang dewasa, air, jus buah encer, minuman olahraga, dan kaldu dapat membantu rehidrasi. Untuk anak-anak, larutan rehidrasi oral, termasuk Pedialyte, Infalyte, dan CeraLyte, dapat diberikan sesuai petunjuk pada kemasan, dikutip dari laman USA Today, Senin (13/3/2023).