Di situ, masyarakat dapat melihat seberapa tinggi tinggi risiko asma berat karena ketergantungan SABA. Tes pemeriksaan tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh tenaga medis maupun pengidap asma. Pengguna situs dapat mengetahui lebih jauh tentang tingkat bahaya SABA saat digunakan berlebihan.
"Dari kami juga tersedia BPJS untuk obat, kami usahakan terbuka untuk semua rakyat. Untuk kategori berat tidak terkontrol sedang didaftarkan,” kata dr Feddy.
Panduan GINA terbaru juga didasari bukti ilmiah tentang penggunaan SABA tunggal yag tidak mampu memberikan proteksi bagi penderita dari asma eksaserbasi yang berat. Penggunaan SABA tunggal dalam jangka panjang, baik secara regular maupun sering, dapat meningkatkan risiko kekambuhan.
Penderita asma harus semakin menyadari pentingnya obat pengontrol, bukan lagi sekadar obat golongan jenis SABA. Ketika selesai memakai obat pelega dan tidak terjadi serangan, seharusnya mendapat obat kedua, yaitu pengontrol berbasis long-acting beta-agonist (LABA), agar penyakit lebih terkontrol dalam jangka panjang.