Menurut Imran, infeksi sifilis juga erat hubungannya dengan kaum terpinggirkan seperti kelompok risiko tinggi, ibu, dan anak. Berdasarkan data yang diperolehnya, prevalensi IMS yang sangat tinggi pada populasi kunci dan populasi jembatan (bridging population) laki-laki. Sementara itu, data dari skrining sepanjang tahun 2022 menunjukkan sebanyak 0,5 persen ibu hamil terkena sifilis.
"Hasil pemodelan beban dan tren IMS di Indonesia tahun 2020 memperkirakan prevalensi sifilis pada populasi kunci lima hingga 15 kali lebih tinggi dibandingkan pada populasi umum," ujarnya.
Sebagai bentuk pencegahan agar kedua penyakit tidak semakin meningkat, Kemenkes berfokus tidak hanya pada program pengobatan saja, tetapi juga pencegahan melalui edukasi seksual kepada kelompok risiko tinggi. Informasi IMS juga disampaikan kepada kelompok masyarakat umum.
Secara spesifik, layanan kesehatan Kemenkes telah mengupayakan Intervensi Perubahan Stigma dan Diskriminasi (IPSD) dengan memperkuat pelayanan kesehatan. Pendekatan strategi yang digunakan ialah memastikan akses ke layanan IMS yang berkualitas tinggi untuk semua populasi, mengurangi penularan IMS dengan cepat pada populasi kunci, pasangan serta pelanggannya, serta memastikan data yang berkualitas untuk memandu respons.