Ulasan dalam BMJ juga memberikan beberapa rekomendasi lain bagi orang-orang yang berisiko terhadap strok. Rekomendasi tersebut adalah:
1. Batasi konsumsi daging merah, ikan dan ayam bisa menjadi alternatif
2. Tingkatkan konsumsi minyak zaitun dan minyak kanola
3. Tingkatkan asupan sayur, buah, dan kacang legum
4. Hindari makanan digoreng dan minyak terhidrogenasi (lemak trans)
5. Jauhi gula dan biji-bijian rafinasi, serta batasi kentang
Sebagai tambahan, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga merekomendasikan beberapa perubahan gaya hidup untuk mengurangi risiko strok. Rekomendasi tersebut adalah menghindari konsumsi alkohol dan merokok.
Konsumsi terlalu banyak alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan juga risiko strok. Selain itu, asupan alkohol bisa meningkatkan kadar trigliserida yang dapat mengeras di pembuluh darah.
Kebiasaan merokok juga perlu dijauhi karena rokok bisa memicu kerusakan pada jantung dan pembuluh darah. Sedangkan nikotin pada rokok diketahui dapat meningkatkan tekanan darah.
"Karbon monoksida dari asap rokok menurunkan jumlah oksigen yang bisa dibawa oleh darah Anda," ungkap CDC.
Terkait pola makan, CDC pun menyoroti pentingnya membatasi asupan garam. Orang dewasa dianjurkan untuk tidak mengonsumsi garam lebih dari enam gram per hari atau sekitar satu sendok teh per hari.
Haruskah Orang Sehat Menjauhi Kuning Telur?
Perlu dipahami bahwa peningkatan risiko strok terkait konsumsi telur hanya berlaku pada orang-orang yang memang berisiko. Pada orang yang sehat, konsumsi telur setiap hari tak menjadi masalah. Bahkan, pada orang yang sehat, konsumsi satu telur per hari dapat membantu menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
Sebagian orang yang sehat mungkin khawatir dengan kadar kolesterol yang tinggi pada kuning telur. Padahal, menurut Heart UK, kandungan kolesterol di dalam telur tak memberikan efek signifikan terhadap kadar kolesterol darah.