AMEERALIFE.COM, SAITAMA -- Sejumlah film Indonesia diputarkan dalam festival film Sayama de Cinema yang digelar di Kota Sayama, Saitama, Jepang, pada 16-17 September 2023. Di antara film-film Indonesia itu adalah 'Autobiography' karya sutradara Makbul Mubarak, 'LAUT (Umi o Kakeru)' karya sutradara terkenal Kōji Fukada, dan 'Filosofi Kopi'.
'Autobiography' adalah drama cerita Indonesia yang tayang perdana secara internasional pada Festival Film Venesia 2022, sedangkan 'LAUT (Umi o Kakeru)' merupakan hasil kolaborasi Indonesia dan Jepang yang mengambil latar alam dan masyarakat Banda Aceh.
Film itu menceritakan seorang lelaki misterius yang muncul di pesisir pantai sekitar Banda Aceh, yang diperankan selebriti Jepang terkenal, Dean Fujioka, yang beristrikan orang Indonesia.
"Saya ingin menekankan bahwa sebagai manusia kita memiliki keterbatasan, dan kita tidak bisa meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan. Yang pasti, Tsunami tidak memilih korban, siapa pun bisa menjadi korban. Bagaimana kita meresponsnya adalah yang membedakan manusia berdasarkan budayanya," kata Fukada.
Sekitar 300 penonton hadir dalam ajang yang sudah menapaki tahun ketujuh itu, yang merupakan wujud kerja sama antara Seibu Bunri University of Hospitality dan KBRI Tokyo.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Tokyo Yusli Wardiatno menjelaskan awal festival itu adalah memberikan kesempatan kepada warga Sayama untuk menikmati film-film pemenang penghargaan festival-festival internasional seperti Tokyo International Film Festival (TIFF) dan FILMeX, yang biasanya sulit diakses karena kota Sayama tidak memiliki bioskop.
Selain itu, acara itu juga untuk mempererat hubungan antara mahasiswa universitas, pemerintah daerah, dan masyarakat sekitar. Tahun ini, dalam peringatan 65 tahun hubungan diplomasi Jepang dan Republik Indonesia, film Indonesia menjadi tema khusus dalam festival ini.
Menurut Yusli, kerja sama yang telah terjalin antara Seibu Bunri University of Hospitality dan PT Produksi Film Negara membuat acara ini bisa digelar.
“Kalau saya ibaratkan Indonesia dan Jepang sebagai amplop surat dan perangko. Maka kegiatan budaya melalui pagelaran seni budaya, pemutaran film atau pembelajaran bahasa adalah lem perekat yang membuat perangko dan amplop surat saling melengkapi dan tak terpisahkan,” kata Yusli.
Yusli berharap warga Jepang mendapatkan pemahaman, pengetahuan dan pendidikan tentang Indonesia untuk meningkatkan ketertarikan kepada Indonesia secara lebih mendalam.
Rektor Seibu Bunri University of Hospitality Kazuhiko Yamaki berterima kasih kepada KBRI Tokyo karena mendukung program-program kebudayaan di sekolah dan kampus Seibu Bunri melalui Sayama De Sinema.
“Film adalah jembatan yang memungkinkan kita berbagi empati dan emosi lintas generasi. Di saat dunia dilanda kecemasan di beberapa tempat, kami berharap festival film ini akan menjadi tempat di mana kita dapat terhubung ke semua orang melalui film,” kata dia.