AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Karya sastra Indonesia terus meraih prestasi internasional yang membanggakan, salah satunya novel Gadis Kretek karya penulis ikonik, Ratih Kumala. Penerbit Gramedia Pustaka Utama dan Gramedia International merayakan kesuksesan novel ini yang telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, seperti Inggris, Arab, dan Jerman.
Tahun ini, Gadis Kretek memperluas jangkauannya ke Filipina, Malaysia, dan Thailand, serta diadaptasi menjadi serial asli Netflix pada November 2023. Novel yang awalnya diterbitkan pada 2012 ini menjadi salah satu dari 10 penerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa pada tahun yang sama.
Sejak itu, Gadis Kretek telah mencapai cetakan ke-10. Pada 2019, Ratih Kumala juga mempresentasikan karyanya di Beijing International Book Fair. Editor senior dan superintendent bidang sastra Gramedia Pustaka Utama, Mirna Yulistianti menyebut Gadis Kretek sebagai karya masterpiece Ratih Kumala yang menggabungkan cerita dengan kekayaan budaya Indonesia.
“Berlatar sejarah sosial politik di Indonesia, nilai-nilai yang ditampilkan bersifat universal sehingga bisa dinikmati oleh pembaca di seluruh dunia,” kata Mirna di Indonesia International Book Fair (IIBF) 2023 di ICE BSD City, Tangerang, Rabu (27/9/2023).
Cerita dalam Gadis Kretek dimulai dengan kisah Pak Raja yang sekarat. Dalam detik-detik terakhirnya, dia memanggil seorang wanita yang bukan istrinya, yaitu Jeng Yah.
Tiga anaknya, yang juga pewaris Kretek Djagad Raja, menjadi bingung. Istri Pak Raja cemburu karena permintaan terakhir suaminya untuk bertemu dengan Jeng Yah.
Tiga anak, yaitu Lebas, Karim, dan Tegar, memulai perjalanan ke berbagai tempat di Jawa untuk mencari Jeng Yah sebelum kematian menjemput ayah mereka. Perjalanan ini seperti napak tilas bisnis dan rahasia keluarga, mengungkap asal-usul Kretek Djagad Raja hingga menjadi kretek terkemuka di Indonesia.
Tahun ini, Gadis Kretek serentak diterjemahkan dalam bahasa Filipina, Thailand, dan Malaysia.
Ratih menjelaskan bahwa Gadis Kretek bukan sekadar cerita tentang cinta dan pencarian identitas tokohnya, tetapi juga memberikan pandangan tentang perkembangan industri kretek di Indonesia, dengan latar belakang Kota M, Kudus, Jakarta, dari masa penjajahan Belanda hingga kemerdekaan. Novel ini menjadi wadah bagi pembaca untuk merasakan kekayaan wangi tembakau dan aroma cinta.