AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Tonsilektomi merupakan tindakan operasi pengangkatan amandel, dua buah bantalan jaringan berbentuk oval yang terletak di bagian belakang tenggorokan, dengan satu amandel di setiap sisi. Pada awalnya, tonsilektomi sering digunakan untuk mengobati infeksi dan radang amandel (tonsilitis).
Namun, saat ini operasi tersebut biasanya dilakukan untuk mengatasi masalah pernapasan saat tidur, meskipun masih bisa dipertimbangkan sebagai pengobatan jika tonsilitis sering terjadi atau tidak merespons pengobatan lain. Tonsilektomi juga mungkin diperlukan untuk menangani masalah pernapasan dan masalah lain yang terkait dengan pembesaran amandel, serta mengatasi penyakit amandel yang jarang terjadi. Waktu pemulihan setelah operasi amandel biasanya memerlukan minimal 10 hari hingga dua pekan.
Tonsilektomi seperti tindakan operasi lainnya memiliki risiko tertentu yang perlu dipertimbangkan. Dilansir laman Mayo Clinic pada Selasa (3/10/2023), risiko-risiko ini termasuk:
1. Reaksi terhadap anestesi
Obat yang digunakan untuk membuat pasien tertidur selama operasi sering kali dapat menyebabkan masalah kecil dalam jangka pendek seperti sakit kepala, mual, muntah, atau nyeri otot. Namun, masalah serius dan jangka panjang jarang terjadi. Anestesi umum juga memiliki risiko tertentu, meskipun risiko kematian sangat jarang.
2. Pembengkakan
Pascaoperasi, pembengkakan pada lidah dan langit-langit lunak mulut (langit-langit lunak) dapat terjadi, yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan, terutama dalam beberapa jam pertama setelah prosedur.
3. Pendarahan selama operasi
Meskipun jarang terjadi, ada kemungkinan pendarahan yang hebat dapat terjadi selama operasi, yang kemudian memerlukan perawatan tambahan dan rawat inap yang lebih lama di rumah sakit.
4. Pendarahan selama proses penyembuhan
Pendarahan dapat terjadi selama proses penyembuhan, terutama jika keropeng dari luka copot terlalu cepat.
5. Infeksi
Walaupun jarang, operasi tonsilektomi juga memiliki risiko menyebabkan infeksi yang memerlukan perawatan tambahan. Sebelum menjalani tonsilektomi, pasien akan menerima instruksi dari rumah sakit tentang bagaimana mempersiapkan diri atau anak mereka. Instruksi ini dapat mencakup hal-hal berikut:
- Menghentikan penggunaan beberapa obat atau mengubah dosis obat beberapa hari sebelum operasi.
- Tidak makan setelah tengah malam sebelum jadwal operasi.
- Persiapan perjalanan pulang.
- Rencana pemulihan yang biasanya memakan waktu 10 hari hingga dua pekan atau lebih.
Dokter juga akan memeriksa riwayat medis pasien, termasuk riwayat alergi, riwayat gangguan pendarahan, dan reaksi terhadap anestesi. Tonsilektomi biasanya dilakukan sebagai prosedur rawat jalan, yang berarti pasien dapat pulang pada hari operasi. Namun, menginap semalam di rumah sakit mungkin diperlukan dalam beberapa kasus tertentu.
Setelah tonsilektomi, pasien dapat mengalami gejala seperti sakit tenggorokan, nyeri di telinga, leher, atau rahang, mual, muntah, demam ringan, bau mulut yang tidak enak, pembengkakan pada lidah atau tenggorokan, serta sensasi seperti ada yang tersangkut di tenggorokan. Pengobatan yang biasanya direkomendasikan untuk mengatasi gejala ini mencakup mengonsumsi obat pereda nyeri sesuai petunjuk dokter, minum banyak cairan untuk menghindari dehidrasi, dan makan makanan lembut yang mudah ditelan.
Pasien juga perlu istirahat selama beberapa hari setelah operasi dan menghindari aktivitas berat, seperti berlari atau bersepeda selama dua minggu setelah operasi. Penting untuk waspada terhadap komplikasi yang memerlukan perawatan medis darurat, seperti pendarahan yang hebat, demam tinggi, dehidrasi, masalah pernapasan yang signifikan, atau tanda-tanda lain yang tidak biasa pascaoperasi. Dalam kasus ini, segera cari bantuan medis.
Tonsilektomi dapat memberikan manfaat signifikan dalam mengurangi masalah amandel yang ada, terutama tonsilitis berulang atau masalah pernapasan terkait amandel yang membesar. Keputusan untuk menjalani operasi ini harus didiskusikan dengan dokter dan perlu mempertimbangkan manfaat dan risiko yang terkait.