“Tekanan panas yang tinggi ini bisa menyebabkan heat stroke, sebuah kondisi di mana orang akan mengalami dehidrasi, kekurangan cairan, kering, dan bisa sampai menyebabkan kurang kesadaran,” ujar Prof Ari.
Jadi, hal itu memang harus dihindari. Heat stroke, kata dia, akan berdampak kepada organ-organ tubuh secara keseluruhan. Apabila ketika dehidrasi tidak diimbangi dengan minum, maka organ ginjal yang akan terdampak oleh kondisi tersebut. Menurut Prof Ari, kelompok yang paling terdampak dan rentan mengalami heat stroke adalah orang-orang berusia lanjut.
Oleh karena itu, kelompok lanjut usia (lansia) harus dihindari terpapar langsung udara panas ekstrem yang disertai dengan kelembaban udara yang tinggi ini. Heat stroke juga menyerang para pekerja yang harus berkegiatan di luar ruangan. Apabila harus terpapar dengan udara panas, Prof Ari mengingatkan pentingnya menjaga konsumsi air putih yang cukup.
Masyarakat juga perlu berhati-hati dalam mengatur strategi berkegiatan di luar ruangan, salah satunya saat ingin berolahraga. Prof Ari menyarankan masyarakat untuk berusaha berolahraga di pagi hari sebelum sinar matahari menjadi terang. Berolahraga di bawah terik matahari akan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi. Panas yang menyengat juga bisa menimbulkan nyeri kepala dan gangguan pada kulit.
Prof. Ari mengatakan kalau memang memungkinkan, berolahraga di dalam ruangan tentu menjadi hal yang terbaik saat ini. Akan tetapi, di satu sisi, kita tentu perlu juga udara segar, maka usahakan berolahraga pada pagi hari sekitar pukul 06.00 sampai pukul 07.00.