Isu kesepian baru-baru ini semakin mendapat perhatian dalam bidang kesehatan masyarakat. Kesepian telah diakui sebagai faktor risiko terhadap kesehatan mental dan fisik. Negara bagian New York baru-baru ini menunjuk terapis seks dr Ruth Westheimer sebagai duta kesepian pertamanya. Pada Mei, dr Murthy menyusun kerangka kerja untuk menangani kesepian dan memperbaiki struktur sosial di negara.
Riset menunjukkan bahwa kurangnya jenis hubungan sosial tertentu berkaitan dengan masalah kesehatan mental yang buruk, serta meningkatkan risiko kecemasan, depresi, dan bunuh diri. Kesepian juga terkait dengan masalah kesehatan fisik seperti risiko kematian dini, masalah kardiovaskular, penurunan kognitif, dan peningkatan risiko demensia.
Bahkan dalam konteks pandemi Covid-19, isolasi sosial dan kesepian telah menjadi penyebab peningkatan gejala depresi dan kecemasan pada generasi muda. Meskipun manusia secara alami merupakan makhluk sosial, isolasi yang diakibatkan oleh pandemi telah membatasi interaksi sosial yang biasanya terjadi, khususnya di kalangan anak muda.
Kesepian bukanlah masalah eksklusif bagi lansia. Sebuah survei global menunjukkan bahwa hampir satu dari empat orang dewasa merasakan kesepian. Bahkan anak-anak dan remaja juga merasakan kesepian pada tingkat tertentu.
Komisi WHO yang baru diharapkan dapat memberikan bukti dan bantuan dalam memahami hubungan antara kesepian dan dampak kesehatan yang merugikan, seperti penyakit jantung. Tujuannya adalah membantu sistem kesehatan di seluruh dunia dalam menangani masalah kesehatan masyarakat ini, serta memberikan panduan bagi masyarakat untuk mengatasi isolasi sosial dan kesepian.