Meninggal Setelah Berolahraga
Dedy tidak menampik memang ada atlet yang meninggal dikarenakan serangan jantung, namun jumlahnya tidak banyak. Penyebabnya dapat karena gangguan irama jantung, gangguan di struktur jantung, serta kelainan lain seperti konsumsi obat-obatan secara berlebih.
Gangguan struktur jantung ini dapat berupa jantung bocor, otot jantung menebal, atau pembengkakkan otot jantung. Gangguan struktur jantung ini dapat karena faktor bawaan dari lahir maupun karena faktor umur.
Kelainan lain yang menyebabkan serangan jantung ialah mengonsumsi obat-obatan melebihi dosis yang diresepkan, merokok, serta karena pola hidup tidak sehat.
Olahraga untuk Penderita Penyakit Jantung
Dedy menjelaskan, mereka yang memiliki penyakit jantung dan ingin memilih olahraga, harus melakukan medical check up. Nantinya, tim medis akan melakukan pemeriksaan dengan treadmill test sembari dipasangkan alat-alat seperti Elektrokardiogram (EKG). Setelah itu akan muncul resep yang disingkat dengan FITT (Frequency, Intensity, Type, Time).
Frekuensi (frequency) ialah idealnya kita harus berolahraga berapa kali dalam seminggu.
Intensitas (intensity) yang di maksud ialah berapa target detak jantung yang harus dicapai pada saat berolahraga.
Tipe (type) olahraga apa yang cocok dengan kondisi kita. Semisal memiliki penyakit jantung, maka olahraga yang dianjurkan adalah yang agak aerobik untuk meningkatkan detak jantung.
Waktu (time) ialah seberapa lama idealnya kita berolahraga. Olahraga dilakukan secara rutin, yang awalnya dilakukan sekitar 30 menit maka ditingkatkan lagi menjadi 40 menit.
Treadmill test ini untuk penilaian kemampuan awal. Hal ini berkelanjutan dan rutin sembari ditingkatkan pelan-pelan intensitasnya.
Dedy menyampaikan bahwa penyakit jantung tidak dapat diprediksi dan dapat terjadi di mana saja. Karenanya, masyarakat Indonesia harus bisa menguasai dan melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD).
"Ini agar tidak bingung saat mengahadapi orang yang tiba-tiba terkena serangan jantung," jelasnya.