Data dari studi oleh Universitas Harvard menunjukkan otak manusia berkembang pesat selama tahun-tahun pertama kehidupan. Sebelum anak menginjak usia tiga tahun, terbentuk satu juta koneksi saraf setiap menitnya.
Tautan itu menjadi sistem pemetaan otak, yang dibentuk oleh kombinasi alam dan pengasuhan, terutama interaksi "melayani dan membalas". Untuk bayi, interaksi respons dengan orang tua/pengasuh itu misalnya berupa menyusui, memberi makan, mengganti popok, atau menidurkan saat bayi menangis.
Namun, saat bayi beranjak balita, interaksi "melayani dan membalas" dapat diekspresikan dengan obrolan serta memainkan berbagai permainan. Interaksi itu memberi tahu anak-anak bahwa orang tua/pengasuh memperhatikan dan terlibat dengan apa yang ingin mereka katakan.
Pada akhirnya, itu dapat menjadi landasan bagaimana seorang anak mempelajari norma-norma sosial, keterampilan komunikasi, dan seluk-beluk hubungan. "Koneksi saraf ibarat akar pohon, fondasi tempat terjadinya semua pertumbuhan," ujar psikoterapis Hilary Jacobs Hendel.
Jika interaksi tadi terganggu atau rusak, akan sangat berdampak pada perkembangan anak. Apabila sesekali terlewatkan, misalnya akibat stres dan pekerjaan sehingga membuat orang tua sibuk dan mengabaikan anak, para pakar menyebut itu masih bisa dimaklumi.
Akan tetapi, sebaiknya tidak terus-menerus mengabaikan interaksi dan momen dengan anak selama tahun-tahun awal perkembangannya. Sebab, itu bakal memengaruhi gaya keterikatan anak, yang berdampak pada cara mereka mengembangkan hubungan di masa depan. "Keterikatan membentuk ketahanan untuk menghadapi tantangan hidup," kata Hendel.