AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Wonka merupakan salah satu karakter yang ada dalam cerita klasik karangan Roald Dahl berjudul Charlie and the Chocolate Factory. Karya Dahl diangkat ke layar lebar dalam dua versi, tahun 1971 (Mel Stuart) dan tahun 2005 (Tim Burton). Versi Tim Burton, karakter Wonka diperankan oleh Johnny Depp sedangkan Gene Wilder untuk versi Mel Stuart.
Setelah 18 tahun berlalu, Paul King meluncurkan proyek terbarunya berjudul Wonka, sebuah prekuel dari Charlie and the Chocolate Factory. Keputusan King dinilai sebagai langkah berani mengingat cerita yang diangkat orisinal. Timothee Chalamet ditunjuk sebagai aktor tanpa casting untuk memerankan Wonka.
Chalamet tampil dengan deretan aktor senior, seperti Calah Lane, Sally Hawkins, Jim Carter, Rowan Atkinson, Matt Lucas, Olivia Colman, dan masih banyak lagi. Sesuai dengan judulnya, Wonka mengisahkan lelaki bernama Willy Wonka yang memiliki impian membuka tokonya di sebuah kota fiksi seperti London.
Sayangnya, Wonka harus melewati sejumlah rintangan demi menggapai impiannya. Dalam perjalannya, dia dibantu oleh teman-temannya dan mengubah dunia.
Penampilan Chalamet dalam film musikal pertamanya membuktikan bahwa dirinya bisa bernyanyi dan menari. King sepertinya tidak sia-sia memilih Chalamet untuk peran utama berkat video menyanyi Chalamet yang tersebar di YouTube.
Chalamet mampu membawa kembali karakter eksentrik Wonka dengan gaya khasnya yang berbeda dengan Depp atau Wilder. Namun, di beberapa bagian, Chalamet terlihat terlalu berusaha keras merankan Wonka.
Sementara itu, akting para pemain pendukung tak perlu diragukan lagi. Mereka memberikan penampilan terbaik seperti biasanya. Selipan-selipan humoris yang sering dimasukkan membuat film terasa enjoyable.
Karena cerita yang dibuat orisinal, ada beberapa perbedaan asal-usul Wonka jika dibandingkan dengan film versi Burton. Versi tahun 2005, Wonka digambarkan memiliki masa kecil kelam di bawah kendali sang ayah yang berporfesi sebagai dokter gigi. Wonka dilarang makan cokelat karena bisa merusak giginya.
Sedangkan versi King, Wonka kecil hidup berdua bersama ibunya. Dia selalu mengingat momen ketika ibunya membuatkan cokelat hangat yang mendorong Wonka untuk menjadi pembuat cokelat.
Sayangnya, latar belakang ini tidak cukup kuat menggambarkan kehidupan Wonka kecil. Kehadiran sosok ibunya hanya dimasukkan sekelibat tanpa dijelaskan beberapa detail tentang dirinya.
Sedangkan teman Wonka, Noodle, mendapat latar belakang cerita padat. Oleh karena itu, judul Wonka hanya menggambarkan kehidupan dia saat berjuang membuka toko cokelat.
Seperti banyak film keluarga lain, Wonka sarat akan pesan moral dan kritik sosial yang dikemas dengan ringan. Misalnya, betapa sulitnya terjun ke dunia usaha ketika dipenuhi dengan persaingan kotor. Ditambah lagi, suap-menyuap menjadi hal biasa bagi mereka yang memiliki kewajiban untuk melayani warga sipil.
Unsur cokelat yang hadir di film tidak membuat penonton keroncongan atau ingin mencoba sepotong cokelat Wonka. Ini sangat berbeda dibandingkan versi Tim Burton saat cokelat batangan Wonka diperlihatkan sangat menggiurkan.
Sebagai film keluarga, Wonka bisa menjadi tontonan saat liburan Natal dan tahun baru. Namun, dengan sutradara King dan deretan pemain setingkat Oscar, rasanya Wonka bisa memberikan lebih.
Cukup menghibur tapi kurang mengobati kerinduan bagi mereka yang masa kecilnya diwarnai oleh karya Dahl atau filmnya versi 1971 dan 2005. Wonka sudah mulai tayang di bioskop mulai Rabu 6 Desember.