Saat para peneliti mempelajari telur tikus ini di bawah mikroskop, mereka melihat sesuatu yang tidak biasa pada mitokondria mereka. Mitokondria menghasilkan energi yang dibutuhkan sel, termasuk sel telur. Mitokondria biasanya tersebar merata di seluruh telur, namun mitokondria pada telur tikus dengan variasi genetik berkumpul bersama. “Kami sebenarnya terkejut dengan perbedaan mitokondria,” kata Profesor Kee.
Pada saat melakukan penelitian ini, hubungan antara insufisiensi dan mitokondria belum pernah terlihat sebelumnya.
Tampaknya mitokondria buruk ini berkontribusi terhadap masalah kesuburan pada tikus-tikus tersebut, sehingga para peneliti mengusulkan bahwa pemulihan mitokondria yang tepat dapat meningkatkan kesuburan. Studi ini memberikan arahan untuk penelitian masa depan mengenai infertilitas manusia, seperti menentukan apakah cacat mitokondria juga ditemukan pada sel telur pasien manusia dengan insufisiensi ovarium prematur? Atau apakah cacat mitokondria yang sama juga ditemukan pada embrio setelah sel telur dibuahi?
Selain itu, soal pengujian memulihkan distribusi normal mitokondria dapat meningkatkan kesuburan dapat menjadi strategi pengobatan baru. Penelitian menunjukkan bahwa menyelamatkan kelainan mitokondria oosit dapat menjadi target terapi potensial bagi pasien infertilitas klinis dengan varian genetik.