AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Pakar hubungan menyebut pernikahan pada masa sekarang memiliki gaya yang sangat berbeda dengan pernikahan model lama. Pasangan yang menikah saat ini banyak menekankan pentingnya ekspresi diri dan pertumbuhan diri dalam hubungan.
Pernikahan yang demikian itu dijuluki pakar sebagai "hubungan murni" yang bersifat komunal, di mana pasangan menegosiasikan tujuan mereka secara kolaboratif. Sangat berbeda dengan gaya pernikahan pada masa silam yang cenderung dikategorikan sebagai hubungan pertukaran.
Model pernikahan yang menyoroti cinta romantis serta menekankan kelanggengan relasional dengan moto "sampai maut memisahkan" dianggap tak lagi berlaku. Begitu juga peran gender yang dikotak-kotakkan antara suami dan istri.
Pada periode waktu sebelumnya, dinamika pernikahan ditentukan oleh penerapan peran suami dan istri yang konvensional. Istri diharapkan selalu suportif, berbudi luhur, peduli, dan bersedia melakukan hubungan seks. Sementara itu, suami adalah penyedia keuangan untuk keluarga.
Pernikahan dinilai akan berfungsi dengan baik jika istri dan suami menjalankan peran itu, di mana istri sebagai "ibu rumah tangga" dan suami menjadi "pencari nafkah". Psikolog klinis Catherine Aponte mengatakan pernikahan pada era sekarang sudah melampaui semua itu.
Saat ini, pernikahan cenderung mengarah ke hubungan komunal. Seseorang menikah dengan keinginan untuk memiliki hubungan dekat secara emosional dengan sosok yang dianggap bisa membantunya menumbuhkan rasa aman. Masing-masing pihak punya keinginan individu akan otonomi, kompetensi, dan keterhubungan.
"Mengalami rasa keterhubungan ini sangat penting dalam memberikan kenyamanan dan dukungan ketika mengejar tujuan individu yang menantang," kata Aponte, dikutip dari laman Psychology Today, Senin (25/12/2023).
Para pakar meyakini bahwa pernikahan dengan model "hubungan murni" lebih egaliter dibandingkan hubungan romantis tradisional. Model itu dapat membuat pasangan merasakan kebahagiaan yang lebih besar serta lebih menumbuhkan rasa otonomi.
Dengan perubahan lanskap pernikahan, Aponte berpendapat pernikahan bisa menjadi komitmen seumur hidup demi kemajuan kedua orang dalam hubungan. Dia menyarankan masing-masing pihak memiliki rencana individu dan terus mengembangkan diri.
"Dalam hubungan komunal, pasangan akan bernegosiasi secara kolaboratif satu sama lain untuk mencapai keinginan, hasrat, dan tujuan hidup. Melalui diskusi dan negosiasi, pasangan menentukan cara terbaik untuk saling mendukung dan membantu mencapai tujuan," ujarnya.