Menurut Jaro, masyarakat Badui sudah menyediakan tong sampah atau penampung sampah agar pengunjung dapat memanfaatkan tempat tersebut. Penyediaan penampung sampah terdapat di kawasan pemukiman masyarakat Badui maupun di jalur lintasan ke jembatan Gajeboh.
Saat ini , pengunjung Saba Budaya Badui dari berbagai daerah di Tanah Air banyak yang mengunjungi jembatan Gajeboh yang unik karena menggunakan tali ijuk dari pohon aren sebagai pengikat kayunya.
Bahkan, jembatan itu bisa dilintasi 30-35 orang tanpa putus. Selain itu, menuju jembatan Gajeboh dari Kampung Kadu Ketug atau pintu pertama masuk ke kawasan Badui sepanjang 2 kilometer, pengunjung akan berhadapan dengan kondisi medan perbukitan dan curam terjal.
"Kami minta pengunjung yang ke jembatan Gajeboh juga mematuhi aturan dengan tidak membuang sampah dan berenang di aliran Sungai Cisimeut," katanya.
Sementara itu, Sarjono (50 tahun), wisatawan asal Yogyakarta mengaku senang mengunjungi Saba Budaya Badui karena alamnya cukup hijau dan lestari. Begitu juga topografi kawasan Badui, pegunungan, perbukitan yang terjal curam yang ekstrem.
"Kami bersama keluarga mendatangi jembatan Gajeboh dengan jalan kaki dan kondisi medannya perbukitan serta terjal curam, sangat melelahkan, padahal jaraknya hanya sekitar dua kilometer," katanya.