AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Orang yang punya kebiasaan rutin minum beberapa cangkir kopi setiap hari mungkin mengalami frekuensi buang air kecil yang meningkat. Itu karena kafein dalam kopi dikenal bersifat diuretik, artinya membuat tubuh memproduksi lebih banyak urine.
Kafein meningkatkan desakan untuk buang air kecil, sehingga membuat seseorang lebih sulit mengontrol kandung kemih dan lebih besar kemungkinan terjadinya kebocoran kandung kemih. Selain kafein, kopi juga mengandung asam yang merupakan zat pengiritasi.
Tak hanya kopi, ada beberapa makanan dan minuman lain yang juga berpotensi memicu gangguan buang air kecil. Bagi orang dengan kandung kemih sensitif atau kandung kemih terlalu aktif, makanan dan minuman tertentu dapat memperburuk gejalanya.
Dokter spesialis urologi Anika Ackerman menjelaskan, ketika kandung kemih terlalu aktif atau terjadi gejala sistitis interstisial/sindrom nyeri kandung kemih, sangat direkomendasikan untuk menghindari iritasi kandung kemih. Mengubah pola makan dapat mengurangi masalah itu.
"Sering kali, pengaturan pola makan untuk menghilangkan iritasi kandung kemih akan mengendalikan gejala pasien," ujar Ackerman, dikutip dari laman Huffington Post, Sabtu (6/1/2024).
Berikut enam makanan dan minuman yang sebaiknya dibatasi atau dihindari.
1. Buah sitrus
Keasaman bukan teman bagi kandung kemih. Buah sitrus atau berbagai jenis jeruk memang baik untuk kesehatan, tetapi jika mengidap gejala apa pun terkait kandung kemih, sebaiknya batasi atau kurangi konsumsinya untuk mencegah iritasi pada lapisan kandung kemih.
2. Tomat
Buah tomat atau produk berbahan dasar tomat, seperti saus tomat, pizza, atau saus pasta sebaiknya dihindari oleh orang yang mengalami masalah kandung kemih. Sebab, tomat bisa memicu nyeri kandung kemih dan menyebabkan iritasi pada lapisan kandung kemih.
3. Daging olahan
Mengurangi frekuensi makan daging olahan sangat dianjurkan oleh ahli urologi sebab tidak baik untuk kandung kemih. Banyak produk daging olahan mengandung nitrat, campuran senyawa nitrogen dan oksigen, yang dikaitkan dengan lonjakan risiko kanker kandung kemih.