Selasa 15 Jul 2025 16:59 WIB

Cari Kerja Sulit, Ini Dampak Psikologis yang Berisiko Dialami Pencari Kerja

Pencari kerja berisiko mengalami kehilangan semangat setelah gagal berulang kali.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Para pencari kerja memadati acara Job Fair 2025 (ilustrasi). Banyak pencari kerja berisiko mengalami kehilangan semangat setelah gagal berulang kali.
Foto: Republika/Prayogi
Para pencari kerja memadati acara Job Fair 2025 (ilustrasi). Banyak pencari kerja berisiko mengalami kehilangan semangat setelah gagal berulang kali.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Antrean panjang para pencari kerja di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menjadi perbincangan hangat di media sosial. Menurut informasi, sekitar 1.000 orang memadati halaman sebuah toko ritel demi memperebutkan 50 lowongan pekerjaan yang tersedia.

Merespons fenomena ini, guru besar bidang psikologi dari Universitas Indonesia, Rose Mini Agoes Salim, mengatakan ketatnya persaingan kerja seperti ini dapat berdampak serius terhadap kondisi psikologis para pencari kerja. "Situasi antre dan berdesakan seperti itu pasti menimbulkan tekanan mental. Ketika mereka sudah melalui tahapan seleksi, lalu tidak lolos, itu bisa membuatnya merasa gagal dan tidak berarti," kata Rose saat dihubungi Republika.co.id pada Selasa (15/7/2025).

Baca Juga

Selain itu, banyak pencari kerja berisiko mengalami kehilangan semangat setelah gagal berulang kali. Perasaan tidak percaya diri dan kecemasan pun kerap muncul karena persaingan yang tak imbang.

"Banyak mungkin dari mereka yang merasa minder, 'apakah bisa bersaing dengan lulusan dari kampus yang lebih baik?'. Kecemasan ini terus bertambah dan berdampak pada kondisi mental mereka," katanya.

Rose juga menyoroti perubahan besar di pasar tenaga kerja, di mana banyak profesi yang tergantikan oleh teknologi. Karena itu menurutnya, penting bagi pencari kerja untuk mampu beradaptasi dan memiliki daya lenting atau resiliensi, yaitu kemampuan untuk bangkit kembali setelah mengalami kegagalan.

"Kita tidak bisa hanya mengandalkan kondisi masa lalu. Di era sekarang, kita memang dituntut memiliki daya lenting yang tinggi. Kemampuan untuk bangkit, berpikir kritis dan kreatif sangat dibutuhkan," tuturnya.

Rose juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam membimbing anak sejak dini. Menurutnya, kesuksesan tidak melulu ditentukan oleh prestasi akademis. Banyak anak memiliki potensi di luar ranah sekolah formal, seperti di bidang seni, musik, atau kegiatan organisasi.

Bila diarahkan dan diberi ruang untuk berkembang, potensi tersebut bisa menjadi bekal untuk bertahan dan sukses di tengah masyarakat. la juga mengimbau agar orang tua tidak memaksakan pekerjaan kepada anak.

"Pekerjaan terbaik bukan yang menurut orang tua paling aman, tapi yang sesuai dengan minat dan bakat anak, dan membuat mereka bahagia. Misalnya, menyuruh anak jadi PNS belum tentu itu yang terbaik bagi mereka," kata Prof Rose.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement